My G. Vampire | 16

53 17 11
                                    

Barra terdiam.
Vanca memperhatikan raut wajah Barra.
Sebelumnya, ia tidak terlalu serius dengan pertanyaannya, tetapi setelah melihat perubahan ekspresi Barra, Vanca merasa jika Barra memang menaruh hati padanya.

"Barr, kok diem?"
Tanya Vanca hati-hati.

"Emh. Gue cinta sama lu"

Finally, Barra mengungkapkannya. wajahnya masih tertunduk. Ia tak menyangka, malam itu, dengan balutan keringat dan bajunya yang basah, Barra menyatakan perasaannya yang sudah ia pendam selama kurang lebih 11 tahun.

Gadis itu hanya mematung. Pikirannya melayang entah kemana. Desiran angin malam semakin membuatnya merinding dibarengi dengan perasaan bingung yang menghinggapinya di malam itu.

Barra mulai memberanikan dirinya untuk menatap Vanca. Perlahan, laki-laki itu menggenggam kedua tangan Vanca. Terasa sangat hangat di rasakan oleh gadis yang belum kembali kepada mode 'sadar'nya.

"Hanya ada dua wanita yang gue cinta. Nyokap gue, dan lu Van. Ga ada yang lain, dan ga ada yang berubah dengan itu".
Lanjut Barra.

Suara yang lembut itu merasuk perlahan ke dalam sanubari Vanca. Namun, kala gambaran Biru muncul dalam bayangannya, perkataan manis Barra bak memantul, namun terus menerus kembali lagi seolah meminta di raih, membuat Vanca goyah.

Kini, kedua mata Barra mulai berkaca-kaca.
Ada perasaan lega setelah mengatakan itu. Seketika, ia melupakan ketakutannya. Malam itu, ia menjadi sangat pemberani dan bersikap gagah dalam mengungkapkan perasaannya, sama seperti tubuhnya yang dipenuhi dengan otot-otot kekarnya.

"Gue minta maaf, gue adalah orang pertama yang ingkar sama persahabatan kita. Gue pengecut, tetap mencintai lo, di balik label persahabatan".

Bibir Barra bergetar.
Satu bulir air matanya berhasil meloloskan diri dan tergelincir dengan sempurna di pipinya.

Vanca yang melihat air mata itu jatuh, perlahan menghapusnya sangat lembut. Ia sangat tidak biasa, melihat laki-laki jagoan itu meneteskan air mata karenanya.

Barra masih melihatnya dengan sendu.
Sedangkan Vanca, ia merunduk, benar-benar kehilangan kata.
Mengapa malam itu, ia harus mendengar dua berita yang tak ingin Vanca dengar.
Biru dengan segala misterinya, dan Barra dengan segala perasaannya.

What should she do?

Akhirnya, Vanca memberi pelukan kepada Barra. Laki-laki itu merasakan kehangatan pertama dari sahabat yang di cintainya.
Setelah menyusun kata perkata yang telah ia rancang di kepala kecilnya, Vanca mulai membuka suara.

"Terimakasih, maaf, aku sayang kamu"

Vanca mengatakan 3 kata itu saja selama memeluk Barra.
Ia tak sanggup mengatakan hal lain yang mungkin akan menyakiti hati sahabatnya.
Barra mengerti ke tiga arti ucapan singkat Vanca kepadanya.
Terimakasih karena telah mencintainya, maaf karena tidak bisa membalas cintanya, dan perasaanya hanya sebatas rasa sayang seorang sahabat.
Ya. Barra sangat memahami Vanca. Ia tersenyum sembari menahan sesak di hatinya.

Barra melepaskan pelukan Vanca perlahan.

"Van, pernahkah sekali aja, lu jatuh cinta sama gue, selama ribuan hari kebersamaan kita?"
Lirih Barra. Ia terlihat sangat payah. Hilang sudah kekuatan hati nya yang biasa ia tunjukkan di depan Vanca.
Barra sudah tidak bisa lagi berpura-pura. Inilah ia yang sebenarnya. Laki-laki rapuh di depan wanita yang di cintainya.

Mendengar pertanyaan itu dari Barra, Vanca merasa menjadi sangat jahat, ribuan hari yang ia lalui bersama Barra, murni karena perasaan sayang kepada seorang sahabat. Karena Barra adalah pengganti figur ayahnya kala itu. kedewasaannya yang membuat Vanca memposisikan Barra sebagai sahabat sekaligus kakak laki-laki baginya.

My Genius Vampire || Cha Eun WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang