My G. Vampire | 11

50 17 21
                                    

Kedua alisnya saling tertaut. Ekspresi wajah bingung Vanca dirasakan oleh Biru.
Laki-laki itu sedikit menutup bibirnya, kenapa dia bisa begitu ceroboh?

Tapi ia ingat lagi, malam ini, ia harus mengakhiri semua kepura-puraannya. Biru tidak memiliki banyak waktu. Sudah waktunya untuk ia membawa gadis itu ke negerinya. Biru tidak ingin menyia-nyiakannya malam ini.

"Kamu benar-benar bisa mendengar suara hatiku? Dulu waktu dikelas, aku pikir hanya kebetulan, tapi, kenapa sekarang semuanya terasa jelas. Kamu bener-bener punya kelebihan seperti itu?"
Tanya Vanca yang masih memastikan keraguannya.

Biru terdiam sebentar, kemudian perlahan ia mengangguk.
Vanca masih belum percaya.

"Coba jawab pertanyaanku" Vanca memberikan test lagi untuk menambah kepercayaannya.

"I love you Bi.."
Vanca mengatakan kata-kata itu di dalam hatinya.

Kedua mata Biru membulat sempurna. Ia tidak ingin menjawab apa yang ia dengar.
Namun, mendengar kata I love you, sukses membuat jantungnya kembali berdegup. Kali ini, degupan itu terasa lebih kencang, membuat laki-laki itu memejamkan matanya.

Vampire memang memiliki jantung, tetapi tidak berfungsi dengan baik layaknya manusia biasa. Dengan kata lain, jantung itu akan kembali hidup jika ia merasa jatuh cinta.

Degupan jantung yang kencang adalah hal baru bagi Biru. Pasalnya, ini adalah kali pertamanya selama ratusan tahun laki-laki itu merasakan degupan yang begitu hebat di dalam jantungnya.

Ia memegangi lagi dadanya, kemudian melihat ke arah Vanca. Wanita itu sedang memandanginya sembari tersenyum sangat manis.

Perlahan, Vanca bangun dari duduknya dan menghampiri Biru yang masih terpaku.
Kini, jarak antara Biru dan Vanca hanya menyisakan beberapa centimeter saja.

Vanca semakin dalam memandangi wajah tampan nan dingin itu.
Seharusnya, Biru menjauhinya, atau melemparinya dengan kata-kata dingin. ia sangat tidak suka jika orang lain mendekatinya seperti itu, namun kali ini berbeda. Biru seperti menikmati momen itu, kakinya bak membeku, tidak bisa menghindar dari wanita yang semakin mendekatinya.

"Coba jawab apa yang aku katakan barusan.."
Vanca mengatakannya lagi dengan sangat lembut, suara itu menggelayut mesra merasuk ke dalam telinga Biru.
Memang, wanita itu sangat pandai menggoda.

Bukannya menjawab, Biru masih stay di tempatnya, badan dan lidahnya kaku.

Vanca yang melihat Biru mematung itu mengerucutkan bibirnya.

"Kamu bohong kan. Kamu ga punya kelebihan seperti itu? Ah kenapa aku percaya sama kamu"

"Andai saja itu benar, aku akan memanggilmu terus menerus ketika aku rindu. Hehehe"

Vanca cengengesan sembari membayangkan momen itu.
Biru tidak merespon apapun.

Vanca mengibas-ngibaskan tangannya ke arah wajah Biru.

"Kamu kenapa sih, kok diem aja? Sakit?" Tebak Vanca, lalu ia menempelkan punggung tangannya di kening Biru.

Vanca terkejut, kening Biru sangat dingin.
Dengan sigap laki-laki itu menepis tangan Vanca dengan sedikit kasar.

"Kenapa bisa sedingin itu? Kamu kedinginan?"
Vanca mulai terlihat panik, setelah mendapati kening Biru yang sangat dingin.

"Kamu harus minum obat, tapi obat apa? Penurun panas?ah bukan. Penurun dingin?"
Celoteh Vanca asal di tengah kekhawatirannya.

"Aku tidak apa-apa. Jangan asal menyentuh badanku".
Sahut Biru setelah beberapa lama mematung.

Vanca sama sekali tidak mendengarkan Biru. Seolah mendapat ide, Vanca kemudian memeluk badan Biru tanpa permisi. Membuat laki-laki itu kembali terperangah.
Ini adalah kali ketiganya gadis itu memeluk Biru sembarangan. Namun kali ini, ia memeluk Biru sangat lama.

My Genius Vampire || Cha Eun WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang