□ Lembar 26; Lembar Akhir

8.8K 872 269
                                    

Gata membuka kedua matanya saat penutup mata yang sejak tadi membuatnya tidak bisa melihat dibuka oleh seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gata membuka kedua matanya saat penutup mata yang sejak tadi membuatnya tidak bisa melihat dibuka oleh seseorang. Netranya mengedar, menatap ruangan yang remang tanpa cahaya.

Hanya sedikit cahaya yang bisa masuk ke dalam ruangan dimana ia berada. Bahkan ruangan itu terasa kecil dan pengap.

"Nih! Makan!"

Gata menolehkan kepala kala suara seseorang tiba-tiba mengudara tepat di samping telinga.

"Om?"

"Kenapa?" Samuel dengan wajah datar, meletakkan piring tersebut ke samping Gata.

"Kenapa harus kasih saya makan, sedangkan saya di sini udah tiga hari? Tau, nggak, Om, saya udah hampir mati kelaparan. Jadi nanggung banget kalau makan sekarang." kata Gata dengan santai.

Samuel berjalan mengitari Gata, lalu berhenti tepat di depan anak itu. "Sebelum kamu mati, saya hanya ingin memberikan kamu kesempatan untuk merasakan makanan untuk yang terakhir kalinya."

Senyum Gata mengembang. "Makasih, Om. Tapi maaf, saya nggak lapar. Saya cuma mau ketemu sama Mama dan Papa untuk yang terakhir kali."

Plakk

"Kamu pikir semudah itu?" Tangan Samuel mencengkram rahang Gata hingga kuku lelaki itu menancap di kulit putih Gata.

Gata meringis, merasakan perih yang kini seolah merobek dagingnya. Melihat Gata yang kesakitan, Samuel justru semakin mengencangkan cengkramannya.

"O-Om, sakit. Udah cukup, saya mohon udah cukup. Sakit, Om. Selama hidup saya, saya nggak pernah merasakan hal lain, kecuali rasa sakit. Sebelum saya mati, tolong, jangan tambah lagi rasa sakit itu." ucap Gata di tengah-tengah kesadaran yang berusaha ia pertahankan.

Tawa sinis Samuel mengudara, kemudian melepaskan cengkramannya. Kedua tangan lelaki itu terlipat di depan dada. "Saya akan kabulkan permintaan terakhir kamu. Silahkan katakan!"

Kedua mata Gata yang membengkak akhirnya berbinar. Sorot yang sudah mati itu nampak mengeluarkan sedikit binar yang membuat Samuel terpaku.

"Saya mau lihat Mama dan Papa untuk terakhir kali, Om. Saya janji, nggak akan dekati mereka. Cukup lihat mereka jadi jauh aja udah cukup."

Cukup lama, sebelum Samuel menjawab, "Baik."

"Dan satu lagi Om."

"Katakan!"

"Setelah Om nembalas dendam ini, anggap semua selesai. Jangan pernah ganggu Papa lagi. Biarkan Papa hidup bahagia sama keluarganya. Janji, ya, Om?"

"Kenapa kamu rela mati demi lelaki brengsek itu?" Samuel tak mengerti mengapa dirinya bertanya demikian.

Gata tersenyum. "Karena selama saya hidup, saya belum bisa buat Papa bangga. Saya anak yang nggak berguna. Jadi sekarang kesempatan saya untuk balas budi sama Papa."

|✔| GATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang