35 | bukan siapa-siapa

13K 1.4K 141
                                    

"Mau sampe kapan?" Idham yang sedang menyetir tiba-tiba memecah keheningan.

Shalitta membuang muka. Ia melempar pandangannya ke luar jendela, tak mengacuhkan pertanyaan Idham, pura-pura tak mendengar, dan pura-pura tak paham.

"Udah makin menginvasi hidup lo aja kayanya dia," lanjut Idham yang sontak membuat Shalitta menoleh dan mengerutkan alis. "Kemarin, dia yang ngereject-reject terus telepon gue?"

Decakan terdengar dari mulut Shalitta diiringi bola matanya yang berputar malas. Ia kembali mengalihkan pandangan ke luar jendela. "Sok tau."

"Nggak usah belain—"

"Gue yang reject."

Idham terdiam beberapa saat. "Kenapa? Lo takut dia marah kalau lo ngangkat telepon gue?"

Shalitta tak menyahut.

"Emang dia siapa, marah-marah dan ngatur-ngatur lo? Pacar lo juga bukan," dengkus Idham sinis. "Mau-mau aja lo diatur-atur sama dia."

"Dulu lo juga suka ngatur-ngatur gue," decih Shalitta. "Padahal bukan pacar gue."

Idham menghembuskan napas kasar seakan gregetan. "Ya, karena gue tau lo kaya apa! Jadi gue tau lo manut-manut aja diatur-atur sama dia! Mending bener lagi, tuh, orang!"

Shalitta hanya menanggapi dengan decihan jengkel.

Sungguh, Shalitta sebenarnya malas banget harus berduaan saja dengan Idham seperti ini. Kalau bukan karena sudah janji kepada orang tuanya—Bayu dan Tri—untuk turut membantu menyiapkan pesta kejutan untuk ulang tahun Mamanya Idham, Shalitta ogah semobil dengan manusia ini.

"Nunggu apa lagi, sih?" Idham menoleh ke arah Shalitta dan menaikkan sebelah alisnya. "Jangan-jangan lo bener-bener udah nggak bisa lepas dari dia, ya?"

Shalitta berusaha tak terpengaruh walaupun sekujur tubuhnya mendadak dingin.

"Lo ngarepin dia bisa serius sama lo?" tanya Idham diiringi dengkusan. "Lo ngarep dia bertingkah kaya gini karena dia sayang sama lo?"

Shalitta tetap enggan menanggapi. Namun perdebatan di kepalanya mulai ramai, mempertanyakan pertanyaan yang sama dengan yang Idham lontarkan.

"Menurut lo, itu semua mungkin?"

Shalitta pun diam-diam kerap menanyakan hal itu berulang-ulang di dalam kepalanya.

"Apa jangan-jangan lo udah jatuh cinta sama dia, Ta?"

Sendi-sendi di seluruh jengkal tubuh Shalitta menegang.

"Lo benar-benar udah ngerasa terikat sama dia, 'kan?"

"Gue bukan lo, ya, Dham." harga diri Shalitta terusik dan akhirnya memicunya untuk angkat bicara.

"Terus apa yang lo tunggu?"

Shalitta mendengkus sinis. "Nggak ada," ia menoleh ke arah Idham dan menatapnya tajam. "Gue cuma nggak suka disuruh-suruh."

Idham menggeleng samar diiringi hembusan napas panjang. Pasrah.

"Semakin lo suruh, semakin nggak akan gue kerjain." jawab Shalitta. "Ngerti lo?"

Laki-laki itu terdiam sesaat lalu mengangguk beberapa kali. "Ya. Anggap aja itu alasan sebenarnya."

Idham sialan!

"Udah, jangan berisik. Nyetir aja yang bener biar cepet nyampe. Nanti ice cream cakenya keburu cair," gumam Shalitta ketus. "Ntar nyokap lo mewek dikasi kue ulang tahun benyek."

Idham menghela napas dalam-dalam lalu menghembuskannya lagi dengan kencang. Sangat frustrasi.


***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 10 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shalitta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang