Chapter 5

658 73 5
                                    

Krist mengedarkan pandangan, memastikan tidak ada Singto ikut ke bandara. Keempat kakaknya mengatakan Singto tidak ikut mengantar orangtua mereka ke bandara karena ada keperluan lain. Akan tetapi, Krist tidak percaya. Kakak-kakaknya suka berbohong. Dia tidak mau semudah itu mempercayai yang kakak-kakaknya katakan.

"Kamu ngapain sih, Krist?!" tegur Mook mulai kesal melihat tingkah laku putra bungsunya. Krist nyengir.

"Nggak apa-apa, Ma. Aku cuma celingak-celinguk aja. Siapa tau ketemu artis." Mook berdecak.

"Kamu nih ya, aneh banget dari kemarin. Mama hubungi telepon kamu tapi nggak diangkat. Semalam kamu nginep di rumah siapa? Bukan nginep di rumah laki-laki, kan?"

"Mama ih!" Krist gemas sendiri. Di depan Toy, ibunya segamblang itu mengatakan hal yang seharusnya cukup dipendam saja.

"Nggak. Aku nginap di hotel bareng Gun."

"Beneran bareng Gun?" tanya Mook tidak percaya.

"Astaga dragoooon! Mama nggak percayaan banget!" Krist menatap kesal.

"Beneran sama Gun. Tanya aja deh."

"Paling udah diajak kerjasama si Gun buat bohong," sambung Ken.

"Mana ada!" Krist berdecak berulang kali sambil memelototi kakaknya.

"Demi Spongebob yang belum berjodoh sama Sandy, aku nggak bohong, Mama."

Mook mendesah pasrah.

"Iya, percaya. Pokoknya selama Mama bulan madu, jangan tinggal di hotel. Kakak-kakak kamu menetap di rumah Opa Singto. Kamu harus menginap di sana. Mama cuma tiga hari. Cuti kamu, kan, seminggu jadi masih ada waktu kita ketemu. Jangan sampai Mama denger kamu keluyuran ya. Papa kamu udah titip sama Opa Singto supaya jagain kamu."

"HAH?! NGAPAIN?!"

Krist tidak percaya ibunya menyuruh dia menginap di rumah Singto. Kalau dia menginap di sana, bukan tidur biasa tapi bisa lebih luar biasa dari malam tahun baru kemarin. Krist tidak mau mengulang kesalahan yang sama.

"No, no, no. Aku nginep di hotel aja bareng Gun. Aku nggak mau nginep di rumah Opa Singto."

"Heh, Krist! Mama nyuruh lo nginep di rumah Opa Singto biar lo nggak keluyuran. Lagian tidur di kamar yang beda sama Opa, bukan satu kamar," celetuk King.

"Husss! Kamu ini ngomongnya dikontrol dong!" Mook memelototi King.

King nyengir.

"Bercanda sih, Ma."

Mook memijat keningnya. Pusing melihat anak-anak lelaki yang heboh apalagi Krist. Bungsunya itu paling susah diatur dan tidak mau menurutinya.

"Pokoknya Krist, kamu tinggal di rumah Opa Singto. Mama tau kamu nggak bisa masak. Bikin sandwich aja asin, masak telur aja gosong. Jadi tinggal di rumah Opa Singto adalah pilihan terbaik. Soalnya Mama udah jual rumah kita."

"WHAAAAAAAT?!" pekik Krist setengah berteriak.

"Kamu berisik banget deh. Kagetnya nggak santai. Uangnya Mama alokasikan buat properti lain. Intinya jangan nakal selama tinggal sama Opa Singto. Awas kamu nyusahin." Mook mewanti-wanti.

"Ma, aku tetap nggak mau tinggal sama-"

"Belum masuk, Mook?"

Suara bariton itu menyela kalimat Krist yang belum selesai. Krist menoleh ke belakang, mendapati Singto berdiri tepat di belakangnya. Matanya melotot melihat pria itu. Tadi kakak-kakaknya bilang Singto tidak datang lantas kenapa sekarang malah muncul?!
Krist ingin mengamuk.

Tales of Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang