Chapter 6

603 73 3
                                    

Singto terkekeh seraya mengusap kepala Krist.

"Kamu kaget banget. Padahal ini baru pemanasan."

"Kaget lah. Gimana nggak kaget kalo tiba-tiba ditanyain begitu. Mana hubungan kita bukan cuma sebatas orang asing. Jadi jangan nanya yang nggak-nggak," cerocos Krist. Masih belum puas karena ada rasa penasaran yang muncul, dia melanjutkan, "Itu apa maksud pemanasan?"

"Saya baru lihat kamu cerewet seperti ini. Kelihatan lucu dan manis."

"Ini bukan saatnya ngegombal ya. Aku serius. Apa maksud pemanasan tadi?" cecar Krist tak sabar.

Singto menarik senyum lebih dulu sebelum akhirnya menjawab, "Ini pemanasan sebelum bilang di depan Toy dan Mook."

"HAAAAAAH?! JANGAN BELAJAR GILA YA!" pekik Krist tidak santai. Dia sampai bangun dari tempat duduknya mendengar ucapan Singto.

"Kenapa?" Singto masih tetap mempertahankan senyumnya.

"Saya merasa nyaman. Seandainya kamu keberatan, nggak apa-apa. Masih ada banyak waktu untuk kita saling mengenal. Kamu, kan, menginap di rumah saya jadinya kita bisa menghabiskan waktu bersama."

"Nggak, nggak, ini udah salah." Krist menggeleng dengan maksud menolak.

"Aku nggak berminat serius sama sekali. Pokoknya kejadian malam tahun baru itu cukup sebatas itu. Lagian aku udah bilang, anggap aja kita nggak pernah ketemu."

"Mana bisa saya ngelupain malam indah itu begitu aja. Ya, mungkin kamu yang terbiasa gonta-ganti pacar bisa dengan mudahnya melupakan. Tapi saya nggak. Saya tertarik dan ingin mengenal kamu lebih jauh," ucap Singto. Nada bicaranya terdengar serius.

Krist hendak membalas, tapi ada sosok yang muncul dan mengganggu perdebatan kecil mereka. Mau tidak mau Krist menahan bibirnya untuk melanjutkan nanti.

"Om, udah nunggu lama ya?"

Singto melihat sosok itu dan tersenyum semakin lebar. Sambil berdiri dari tempat duduknya, Singto menepuk pundak laki-laki itu.

"Akhirnya keponakan kesayangan Om datang juga."

"Om bisa aja." Laki-laki itu terkekeh. Kemudian, pandangannya beralih pada Krist.

"Itu bukannya anaknya Kak Mook?"

"Iya, betul."

Krist bingung. Siapa laki-laki itu? Dia baru tahu Singto punya keponakan. Namun, dia tidak kaget saat melihat keponakan Singto tidak kalah rupawan dari anak-anaknya Singto dan Singto sendiri.

"Krist, perkenalkan. Ini keponakan Opa namanya Sing Harit Ruangroj. Mungkin aja kamu belum kenal." Singto menepuk pundak Harit di sampingnya.

"Harit ini sepupunya Toy."

Krist menyambut uluran tangan Harit. Sepertinya dia tidak sempat melihat keseluruhan keluarga Ruangroj karena panik melihat Singto. Setelah jabatan dirasa cukup dan telah menyebutkan nama masing-masing, mereka melepaskan jabatan tangan.

"Janhae nggak diajak?" tanya Singto pada Harit.

"Janhae lagi main sama teman-temannya, Om," jawab Harit.

Di tengah perbincangan Om dan keponakan itu, Singto tertawa pelan mekihat tingkah Krist yang tidak bisa duduk diam. Sementara Harit tidak mengatakan apa-apa selain ikut tertawa. Krist baru sadar kalau tingkahnya terlalu absurd. Demi mengusir rasa malu, Krist nyengir.

"Oh, ya, gimana Drake di kampus? Nakal nggak dia?" tanya Singto, memulai kembali obrolan yang sempat terhenti.

"Kelihatannya nggak, Om. Saya jarang ketemu Drake di kampus." Harit meletakkan tas golf miliknya.

Tales of Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang