"Kamu udah punya planning? Tempat mana aja yang mau kita datangi untuk kencan?"
Krist menoleh ke belakang, menemukan Singto baru memakai piyama. Perut indah yang memanjakan mata telah ditutup rapat-rapat dan tak bisa lagi dinikmati sesaat. Krist tidak menjawab, dia menulis beberapa tujuan, dengan posisi tengkurap di atas tempat tidur.
"Maybe Savannah?" Krist mulai merespons.
Belum ada satu detik setelah jawaban ragu itu keluar, dia meralat, "Not that one. Aku nggak bisa ambil cuti lagi dalam waktu dekat. Mungkin untuk sementara waktu kencannya di New York aja. Baru setelah itu liburan ke tempat yang lebih indah."
"Kalo liburan, kamu mau ke mana?" Singto duduk di bibir ranjang, mencondongkan tubuhnya mengintip apa yang ditulis Krist. Ada tulisan yang membuat Singto penasaran.
"Big Sur? Di mana itu? Saya baru dengar."
"Salah satu kawasan di California. Kita bisa ajak Kak King untuk bergabung. Dia pasti ngajak gebetan berondongnya itu." Krist mengambil ponsel yang diletakkan di atas tempat tidur, mencari foto-foto yang diunggah King di kolom Instagramnya.
"Kak King pernah ke sini sama teman-temannya. Beautiful, right? Aku pengen banget ke sini. Bukit-bukit tinggi, laut yang indah, dan angin semilir yang sejuk."
Setelah Singto melihat foto yang diperlihatkan, dia menarik ponselnya dan meletakkan di tempat semula.
"It's really nice. Kita liburan ke sana. Gimana?"
"Then, how about this one? Kok ada di daftar?" Singto menunjuk baris kedua yang ditulis Krist.
"Ploy pernah ke sini sama teman-temannya. Dia nggak berhenti bilang sama saya kalo Santa Barbara sangat bagus. Dia hiking, sailing, dan biking di sana. Katanya Santa Barbara tempat terbaik untuk melakukan semuanya," lanjutnya.
"Ah, ampun... jangan bikin aku bingung." Krist mendesah kasar, memutar tubuhnya, dan menatap langit-langit kamar selama beberapa saat. Bola matanya bergerak menatap Singto.
"Well, how about Santa Catalina Island?"
Krist menimbang-nimbang cukup lama. "I think. no. Dibanding ke sana kenapa nggak sekalian ke lokasi syuting Fifty Shades Freed aja?"
"Di mana?"
"Kalo nggak salah di Vancouver dan Paris? Masih banyak lagi sih, tapi aku nggak inget. Waktu itu sempat googling dan nemu tempat-tempat indah yang dijadikan lokasi syuting Fifty Shades Freed. And yeah. it's really amazing. Biarpun cuma lihat gambar aja dan film, tapi aku tau tempatnya pasti lebih indah dari itu," jawab Krist.
Singto mengusap pipi Krist dengan ibu jarinya, memandang penuh cinta laki-laki manis itu.
"Kamu mau ngapain googling tempat-tempat indah? Mau liburan sama sahabat-sahabat kamu?"
"Nggak lah. Mau liburan sama one of my boy toy." Krist menekankan kalimatnya dengan nada bercanda. Dia memasang wajah menyebalkan, menggoda Singto agar kesal.
"Mungkin mau ngajak New atau Wave."
"Apa semua kesayangan kamu anak muda semua?" Singto berusaha santai meskipun hal-hal menyebalkan menyangkut dua manusia itu muncul dalam ingatan. Mengapa pula harus mengingat-ingat pertemuan tak menyenangkan itu?
"Kayaknya sih iya. Kadon, Kima, Kennedy, Kevin, Kitaro, Kenneth. Hm... siapa lagi, ya?" Krist berhenti sebentar. Walau jarinya bergerak menghitung, dia lupa beberapa nama di antaranya.
Singto tidak mau bertanya ada berapa banyak yang sudah menghabiskan waktu bersama Krist. Setiap orang pasti pernah memiliki masa lalu dan menurutnya tidak perlu menggali lebih jauh. Cukup mengenal Wave, New, dan Jay. Sisanya dia tidak perlu berkenalan dan hanya sebatas mengetahui namanya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tales of Destiny [On Going]
RomanceKrist Sangpotirat adalah seorang pria metropolitan. Dengan gaya kehidupan malam yang bebas, Krist sudah sangat sering melakukan one night stand dengan pria-pria tampan incarannya. Krist pikir melakukan one night stand dengan Singto Prachaya Ruangroj...