Chapter 7

623 68 8
                                    

"Bentar, bentar."

Krist kembali ke tempat foto keluarga di belakang sana, memerhatikan kembali rupa dari mantan istrinya Singto. Ternyata memang Jannine, istri dari bosnya,Reiner Weigel.

"Waduh... beneran istri pemilik Weigel's Heart. Sempit amat dunia gue."

Singto sudah menyusul Krist dan tertawa mendengar kalimat itu. Sambil berdiri di depan foto keluarga tersebut, Singto memberitahu sesuatu.

"Cerai dari saya, dia nikah sama Reiner Weigel."

"Kok bisa cerai?" tanya Krist spontan. Detik berikutnya dia buru-buru meralat, "Jangan dijawab. Abaikan aja."

Krist bergerak cepat meninggalkan Singto di belakang sana. Tidak mau sampai mendengar curhatan Singto. Pokoknya dia tidak boleh menunjukkan kepedulian atau rasa penasaran.

"Opa, kamar saya di mana?" tanya Krist setelah cukup jauh dengan suara setengah berteriak.

"Di lantai dua. Toy udah nulis nama kamu di depan pintu." Singto memberitahu.

"Oke deh. Saya naik dulu!"

Setelah Krist berlari masuk ke dalam lift rumah, Singto kembali memerhatikan foto keluarga yang terpampang. Sebenarnya Singto tidak mau memajang foto keluarga di lorong setelah pintu masuk, tapi mantan istrinya bersikukuh dan terpaksa Singto letakkan di sana.

Mantan istrinya keturunan Jerman asli. Namanya Jannine. Singto bertemu dengan Jannine saat mereka satu sekolah di SMA internasional. Di sanalah kisah cinta mereka bersemi. Setelah lulus sekolah, mereka diterima di universitas Oxford. Hanya saja mereka mengambil jurusan berbeda. Jannine mengambil jurusan hukum, sedangkan Singto mengambil jurusan arsitektur.

Mereka tidak memerlukan waktu lama untuk menikah. Singto menikah dengan Jannine saat umur masih sembilan belas tahun. Jika dihitung-hitung sudah delapan belas tahun Singto menduda. Membesarkan Toy dari umur sepuluh tahun sampai sekarang 28 tahun. Semua anaknya ikut dengan Singto. Setelah dua bulan cerai, Jannine menikah lagi dengan duda kaya raya, Reiner Weigel. Mantan istrinya punya dua anak kembar laki-laki dan perempuan dari Reiner yang umurnya masih tujuh belas tahun.

Singto menduda cukup lama bukan karena sulit melupakan Jannine. Ini karena Singto tidak begitu peduli mengenai statusnya. Dia fokus membesarkan anak dan sampai akhirnya bertemu dengan Krist. Mungkin ini saatnya mengubah statusnya.

"Opa!" teriak Krist dari jauh.

Lamunan Singto buyar dan digantikan dengan senyum senang begitu menyadari Krist datang mendekat.

"Kenapa, Krist?" tanyanya.

"Aku lupa kalo koper ketinggalan di kamar hotel Gun. Boleh ambil dulu nggak? Semua baju ada di sana."

Krist baru ingat kalau dia meninggalkan koper miliknya di hotel tempat Gun menginap.

"Biar sopir saya ambil. Coba kamu buka walk in closet kamar kamu. Mama kamu udah siapkan banyak baju di sana."

"Oh iya, anak Opa yang perempuan umur berapa ya? Drake umur berapa?" tanya Krist.

"Ployphach umur 27 tahun. Drake 20 tahun."

"Yang perempuan namanya Ploy?"

"Ployphach," koreksi Singto.

"Disingkat jadi Ploy. Ada-ada aja kasih nama." Krist geleng-geleng kepala meledek.

"Ya udah, mau naik lagi. Makasih udah dikasih tau, Opa."

Belum seberapa jauh, Krist mendengar panggilan dari belakang.

Tales of Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang