Chapter 30

463 53 9
                                    

Malam ini Krist sengaja bersiap-siap mengenakan tuxedo berwarna merah maroon. Bukan untuk menghadiri pesta pernikahan atau pesta mewah di hotel. Krist berdandan seformal ini untuk memenuhi undangan Rainer Weigel ke rumahnya. Jauh dari kota New York, berada di wilayah yang lebih privasi dan jalan panjang tampak tak berujung. Tidak sendirian, Krist datang bersama Singto. Jika dia mengenakan tuxedo berwarna merah maroon, maka Singto mengenakan tuxedo biru dongker. Reiner memang mengundang mereka berdua. Rumor mengenai hubungan Krist ternyata sudah sampai di telinga Reiner. Entah siapa yang memberitahu.

"Kamu dandan cantik banget," puji Singto seraya merapikan rambut Krist yang berantakan disapa angin.

"Mau ketemu Reiner sampai dandan secantik ini? Jangan digodain, dia udah ada macannya," candanya pura-pura cemburu.

"Udah gila kali ya godain Reiner. Kalo mau dari dulu aja belajar jadi penggoda sejati dan orang ketiga. Ngaco aja." Krist menepis tangan Singto, menanggapi dengan serius.

Singto menahan tawa. "Saya bercanda. Kamu serius banget."

"Garing tau." Krist mendelik tajam.

"Krenyes-krenyes. Ampun, kakek-kakek satu ini."

"Ayo, masuk. Jangan dumel mulu macam mama-mama."

Singto membuka lengan lebih lebar, bermaksud membiarkan Krist melingkarkan tangannya di sana. Siasatnya berhasil dan Krist melakukan sesuai keinginan. Mereka berdua disambut hangat sang empunya rumah yang baru saja berdiri di depan pintu utama. Kedua tuan rumah mempersilakan Krist dan Singto masuk. Mereka berjalan melewati lorong sampai tiba di ruang makan. Mereka berempat duduk saling berhadap-hadapan. Singto berhadapan dengan Jannine, sedangkan Krist dengan Reiner. Hidangan segera disajikan di atas meja.

"Kalian pakai personal chef?" tanya Singto.

"Iya. Ini permintaan Jannine," jawab Reiner.

Krist memicingkan mata, mengamati personal chef yang dipekerjakan di rumah mewah bertingkat tiga milik Reiner. Pupil mata melebar setelah mengetahui sosok itu. Seharusnya Krist tidak perlu kaget Reiner menggunakan chef terkenal untuk menjadi personal chef. Dia pernah melihat chef itu mengikuti ajang MasterChef US dua tahun silam. Namanya melonjak drastis dan diundang ke acara-acara talkshow. Memang orang kaya, ingin apa pun pasti mudah saja semudah menjentikkan jari.

"Mukanya familier. Saya pernah lihat," komentar Singto.

Krist nyeletuk, "MasterChef US."

"Oh, pantes aja. Saya rutin nonton MasterChef US."

Singto hanya berbasa-basi. Sebenarnya dia masih bingung kenapa Reiner mengundangnya dan Krist makan malam. Walau tahu karena hubungannya dan Krist telah sampai di telinga Reiner, tapi rasanya itu saja tak cukup sampai Reiner bela-belain mengundangnya.

"Siapa tau kalo kalian nikah mau pakai personal chef juga," sela Jannine diikuti senyum penuh arti.

Seketika senyum Krist mulai melemah, tak selebar sebelumnya. Singto kebetulan menyadari perubahan senyum itu. Singto tertawa cukup keras, berpura-pura menanggapi ucapan Jannine, meskipun sebenarnya dia tidak mau membahas masalah pernikahan. SIngto memahami bagaimana situasinya dengan Krist.

"Bisa aja."

Singto masih tertawa, tapi tangannya sudah bergerak di bawah meja, mendarat di atas punggung tangan Krist dan menggenggamnya erat. Singto ingin memastikan Krist baik-baik saja.

"Kalian akan mengundang saya kalo menikah, kan?" Reiner bertanya dengan senyum lebarnya.

Singto melirik Krist dari ekor matanya. Kali ini senyum Krist benar-benar redup. Hanya selama beberapa detik sebelum senyum baru muncul. Singto tahu itu bukan senyum tulus Krist, sebatas senyum pura-pura demi menanggapi serangkaian pertanyaan seputar pernikahan.

Tales of Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang