Chapter 4

662 75 5
                                    

Krist menyusul Gun di hotel tempatnya menginap. Dia menekan bel pintu kamar hotel dengan tidak sabar dan terkesan bar-bar. Setelah pintu dibuka, Krist menerobos masuk dan duduk di bibir ranjang. Krist menekuk wajahnya begitu tiba di kamar hotel yang ditempati Gun. Tak ada basa-basi, Krist mengacak rambutnya frustrasi dan mengoceh.

"Ya, Tuhan! Masa gue tidur sama mertua nyokap gue sendiri sih? Aduh... gimana ini? Mau ditaruh mana muka gue sekarang? Gue harus apa dong, Gun? Gue kabur ke sini karena nggak mau ketemu sama Singto. Duh, dunia sempit banget!"

Gun yang sedang memandu Krist masuk ke dalam kamar hotel dan duduk di atas ranjang pun menaikkan sebelah alisnya.

"Hah? Wait, wait aku belum konek deh, tidur sama mertua nyokap gue sendiri itu maksudnya apa? Lalu kamu kabur karena Pak Singto?" ulang Gun sambil mencoba menganalisis perkataan Krist.

"Jadi yang ada di pelaminan tadi.. itu benar-benar Pak Singto? Kukira hanya orang yang mirip dengan Pak Singto. Astaga, Kit!"

"Itu beneran Singto! Astaga... itu bos lo yang waktu itu kenalan di resto. God..." Krist mengacak rambutnya lebih keras.

"Gue mau bahas ini tadi, tapi lo menghilang. Lo balik duluan?"

Gun membuang nafas sekuat tenaga, seperti sedang ditimpa permasalahan berat dalam hidup.

"Aku... kabur setelah melihat Pak Off dari jauh. Ternyata kita berdua bertemu mereka."

Kali ini Krist memekik.

"Eh?! Ada Pak Off? Kok gue nggak lihat?" Sebelum dijawab sepupunya, dia melanjutkan, "Terus kenapa lo kabur? Lo ada buat kesalahan apa?"

"Aku tidur dengan Pak Off, dan sepertinya itu kesalahan terbesar dalam hidupku," Gun menatap Krist dengan tatapan putus asa, "dia sudah punya anak. Umur dua belas tahun. Benar-benar bertolak belakang dengan prinsipku selama ini. Lalu... kamu sendiri bagaimana?"

"HAAAAAH?!" Kali ini pekikan Krist semakin kencang. Mencoba tenang, Krist mengambil napas dan mengembuskan perlahan.

"Oke, gue kaget bukan soal tidur itu. Gue kaget Pak Off punya anak. Gue pikir dia belum laku di umurnya yang udah tua itu. Duh, kalo gue udah pasti mau pulang ke New York aja. Gue nggak mau lama-lama di sini."

"Aku juga mengira jika Pak Off itu hiddengems, sekalipun aku gak pernah membayangkan akan berhubungan dengan duda."

Sekali lagi Gun menghembuskan napas kuat. Ia menatap Krist tepat pada mata sepupunya itu yang terlihat sama frustasi dengan dirinya, dan sepertinya kalimat ini akan semakin membuat sepupunya berteriak frustasi, "Sebenarnya, setelah kami bermalam bersama, Pak Off mengajakku untuk membawa hubungan ini lebih serius sehingga dia memutuskan untuk memberi tahuku jika dia punya anak."

Gun meraih telapak tangan Krist ke dalam genggamannya, "Aku tidak bisa menyangka jika diriku adalah kamu... kamu tertarik dengan Pak Singto? Yang sekarang tiba-tiba menjadi kakekmu?"

"Ngajak lo serius? Secepat itu? Wow!" Krist melotot tidak percaya akan cerita sepupunya.
"Sialnya iya, gue sedikit tertarik sama Singto. Tapi lo tau sendiri buat gue ons itu cuma main-main aja. Just for fun. God! Ini lebih buruk dari sinetron!"

"Aku juga tidak percaya! Bagaimana aku bisa bertemu dengan dia setelah pulang dari Bangkok? Kurasa aku akan segera resign, aku tidak siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Atau mungkin aku tidak perlu menganggap serius perkataannya waktu itu, dan tetap berlaku santai seperti atasan dan bawahan seperti sebelumnya?" tanya Gun.

"Kamu yakin itu hanya one night stand untuk main-main? Just for fun? Ketika kamu bahkan sudah sedikit tertarik dengan Pak Singto? Kurasa kamu sudah dua kali bertemu dengannya secara tidak sengaja, hanya tinggal satu kali lagi."

Tales of Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang