Chapter 19

439 63 26
                                    

Di saat Krist sibuk memerhatikan, ternyata Singto melihat ke arahnya. Tak ada waktu untuk Krist menghindar dan terpaksa menghadapi Singto yang berjalan mendekat.

"Gue harus balik nggak, nih? Soalnya Opa lo jalan ke sini," tanya Nammon.

"Nggak usah. Lo duduk sini aj... heh! Kok malah bangun dari tempat duduk lo, sih?!"

Krist setengah memekik begitu melihat Nammon berdiri. Nammon tersenyum jahil.

"Calon istri gue udah nunggu. Sampai ketemu lagi, Kit. Gue duluan, ya. Kalo udah tau mau ngapain sama Opa, kabarin."

Krist tak mendapat kesempatan membalas ucapan Nammon. Laki-laki itu sudah pergi seenaknya. Sementara itu, Singto sudah berdiri di depan mejanya setelah sempat berpapasan dengan Nammon.

"One of your boy toy?" Singto bertanya tanpa basa-basi.

"Boy toy, boy toy! Enak aja! Bukan tau!" jawab Krist sewot.

"Kok kamu sewot gitu? Saya cuma nanya." Singto menarik kursi di depan Krist dan kemudian mendudukinya.

"Ya, habisnya nyebut gitu mulu. Bikin dongkol aja," dumel Krist.

Singto tertawa kecil. Melihat Krist sewot dan marah malah terkesan lucu. Entah dia sudah jatuh sejatuh-jatuhnya untuk lelaki itu, atau memang Krist semanis itu.

"Ngapain Opa duduk di situ? Bukannya nemenin gebetan baru," cetus Krist. Suaranya masih sama, terdengar sewot.

"Gebetan?" Singto mengangkat satu alisnya.

"Twinkle bukan gebetan saya. Dia solois baru yang akan debut."

"Masa sih? Kok nempel-nempel sama Opa?"

"Nempel? Nggak, deh. Saya biasa nempel sama kamu tiap malam. Itu baru fakta. Kalo sama Twinkle mana ada nempel."

Pikiran Krist langsung menjurus pada kegiatan panas mereka setiap malam. Di mana pun, kapan pun, dan sering. Astaga! Pikiran sialannya ini memang selalu kurang ajar!

"Kamu lagi bayangin kita nempel, ya?" goda Singto setelah menyadari Krist hanya diam saja.

"Nggak lah. Ngapain amat. Sana urus Twinkle. Namanya aneh."

Singto bertopang dagu memandangi Krist.

"Kamu cemburu?" tebaknya.

"Cemburu? Ngapain."

Krist bangun dari tempat duduknya.

"Sana urusin Twinkle lagi. Aku mau pulang."

Baru akan kembali, Krist melihat perempuan yang dibicarakan sudah berdiri di samping Singto.

"Om, aku udah dijemput sama pacarku. Duluan, ya. Salam untuk Drake. Kita sambung lagi obrolan bisnisnya minggu depan."

Perempuan itu menunjukkan senyum manisnya.

"Oke, hati-hati. Nanti saya sampaikan." Singto ikut menunjukkan senyum.

"Duluan, ya, Kak."

Perempuan itu juga pamit pada Krist, yang mana hanya disambut dengan anggukan kecil.

Sepeninggal perempuan itu, Singto ikut berdiri mengikuti Krist yang pergi tanpa pamit. Singto mengejar Krist dengan cepat dan berhasil menggamit tangannya. Hal itu menyebabkan langkah Krist terhenti dengan mata melotot saat menoleh ke belakang.

"Opa! Jangan genggam-genggam tangan! Nggak tau apa wilayah sini itu kekuasaan Kak Kang? Dia sering kelilingin daerah sini. Please... deh," omel Krist.

Tales of Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang