“NGGAK USAH LO PEDULIIN GUE! NGGAK USAH SOK BAIK ANJING!”
“RES! LO TUH KENAPA SI?! KENAPA LO JADI KAYA GINI? Gue tahu lo lagi kesel, tapi jangan kaya gini doang! Jangan lo lampiasin kekesalan lo ke orang lain! Udah sini, gue obatin”
Saat Rebeca ingin menarik tangan Ares, Ares langsung menangkisnya lalu menunjuk Rebeca dengan tatapan yang seram. “GUE NGGAK MINTA LO UNTUK OBATIN, DAN GUE NGGAK BUTUH BANTUAN DARI LO!”
Mendengar itu hati Rebeca terasa sakit, ia berusaha untuk menahan air mata yang dari tadi ingin keluar. Perlahan-lahan Rebeca berjalan mundur.
“Kedatangan lo, menghancurkan semuanya!” Ares menendang mejanya membuat air mata Rebeca jatuh, ia langsung pergi meninggalkan Ares sendiri dikelas. “ARRGH!”
Xavier yang sedang jalan dari kantin menuju kelas Atena tak sengaja melihat Rebeca yang sedang duduk dibangku taman sendirian.
Ia langsung berjalan menghampirinya. “Re..beca?”
Rebeca buru-buru menyeka air mata yang keluar lalu menengok menatap Xavier dengan senyuman yang kaku. “Hai. Ha-hai.. Xa..”
“Vier”
“Yah. Xavier”
Melihat bibir yang bergetar saat senyum dan mata yang berkaca. Xavier langsung melirik tempat duduk kosong itu. Rebeca menggeser badannya pertanda ia membiarkan Xavier untuk duduk disebelahnya.
“Hey, you okay?”
Air mata yang Rebeca tahan tiba-tiba jatuh. Kekeh Rebeca seraya menyeka air matanya. “Bohong kalo aku bilang baik-baik aja, padahal air mataku sudah jatuh dan kamu melihat itu”
“What happen?” Rebeca hanya memalingkan wajahnya agar Xavier tidak melihat air mata yang keluar. “You can tell me if you want. What is it?”
Dengkus kasar Rebeca lalu menengok ke arah Xavier. “Ares..”
“Kenapa lagi dia?”
Rebeca tidak sanggup untuk menceritakannya, lidahnya terasa sangat kelu. Ia hanya bisa menatap Xavier dengan mata yang berkaca-kaca serta bibir yang tak henti-henti bergetar.
“Hey, hey, hey. You can cry, don’t hold back, nggak baik. Setiap orang berhak untuk menangis. Kamu tahu nggak di setiap kali kita ada masalah, nangis adalah salah satu cara kita untuk menghilangkan masalah. Dan dengan menangis, masalah yang tadinya berat menjadi sedikit ringan, karna semua emosi itu sudah tertuang melalu air mata yang jatuh dari mata kamu. So, nggak perlu kamu tahan-tahan, nggak perlu kamu tutup-tutupi”
Air mata itu kembali turun setelah mendengar ucapan itu. Rebeca langsung memeluk Xavier dan menangis di pelukan itu.
Senyum tipis Xavier seraya mengelus pundak Rebeca. “It’s okay if you don’t want to talk”
Rebeca melepaskan pelukan itu lalu tersenyum menatap Xavier. “Makasih udah buat aku tenang. Ares..., dia kembali ke sifatnya yang dulu, aku tahu kok kenapa dia bisa kaya gini. Akhir-akhir ini hidupnya sangat kacau, putus dengan Atena nggak baik-baik, orang tua yang masuk penjara, dan... gosipnya dimana-mana. Aku lihat Ares seperti orang yang tidak memiliki harapan, dunianya seakan menghilang”
“Tapi dia masih punya kamu, kan?”
“Aku bukan Atena yang bisa melengkapi dan memperbaiki dunianya. Aku hanya orang dari masa lalunya yang datang menghancurkan semuanya” air matanya kembali jatuh.
“Rebeca, jangan pernah kamu menyalahkan diri kamu sendiri. Semua ini adalah rencana tuhan, jadi itu bukan salah kamu”
“Bukan salah aku kaya gimana?! karna kedatangan ku, itu awal mula hubungan mereka renggang! pada saat itu, aku masih belum bisa nerima kalo Ares berubah. Tapi setelah melihat dan mendengar, aku menjadi senang Ares berubah. Dan aku, aku berterima kasih sekali dengan Atena yang telah merubah nya menjadi orang yang lebih baik. Tapi sekarang.. Atena telah pergi dari dunianya, dan dunia Ares menjadi hancur kembali...”
KAMU SEDANG MEMBACA
TERES (Selesai)
Teen FictionDari ribuan cewe diluaran sana, matanya hanya tertuju dengan satu cewe yang sudah berjasa bagi hidupnya selama ini. Tak peduli kata orang, Ares akan melakukan apa pun demi orang tersebut. Dia bisa menjadi baik ke siapa pun, dan dia juga akan bisa me...