17

2.8K 502 971
                                    

Anyyeong balik lagi sama Nana, eh udah chapter 17 aja. Yang belum follow aku Nana ayo gercep! Di tunggu nih.

Kalian jangan lupa vote, sama spam komen juga kalau kalian buru-buru Nana mau cepet up!

Hari ini targetnya enaknya berapa? 115 vote + 150 komen kali ya? Hihi Sabi nih, oh iya kalau ada kesempatan kali ini Nana akan bales komen kalian ya. Kemarin belom sempet cek komen kalain di chapter sebelumnya huaa.

Happy reading ❣️

Tangan Jihan gemetar ketika mendapatkan test pack yang Mira berikan beberapa menit lalu, menunjukan dua garis biru.

Jihan menatap dirinya di cermin kamar mandi, ia melihat wajahnya yang pucat pasi, keringat yang bercucuran di pelipisnya, dan juga bibir yang pucat.

Jihan mengelengkan kepalanya, ia masih tidak percaya apa yang ia lihat di tanganya.

"Eonni, udah keluar hasilnya?" Mira mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi, beberapa menit lalu, Mira menyuruhnya Jihan untuk melakukan test pack. Awalnya Jihan menolaknya, tapi Mira memaksanya.

"Aaaakkkk!!!" Mira terhentak kaget, ketika suara teriakan Jihan dengan suara pecahan kaca kini terdengar bersamaan di telinganya.

"Eonni!!!" Mira berusaha membuka pintu kamar mandi yang tertutup rapat, Mira mempunyai perasaan yang ga enak soal test pack yang ia kasih.

"ENGGAAA!!! ENGGAK MUNGKINN!!!"  Teriakan Jihan yang semakin kencang, membuat Mira semakin panik. Mira berusaha membuka pintu apartemen Jihan hanya saja hasilnya nihil.

"Eonni!! Ayo keluar! Apapun hasilnya kita bisa omongin baik-baik!" Mira berusaha mendobrak pintu kamar mandi Jihan, hanya saja ia tenanganya tidak cukup.

"Palu-palu! Iya gue butuh palu buat ancurin knopnya" Mira membuka lemari kayu, tempat di mana biasanya Jihan menyimpan perkakas, kotak p3k, dan beberapa barang yang sudah tidak di pakai, di lemari kayu itu.

Mira menarik kotak perkakas, dengan gemetar Mira mengambil palu di kotak itu, Mira juga berusaha tidak panik agar ia bisa menenangkan Jihan yang seperti ia sudah tau akan hasilnya.

Mira kembali berjalan dengan terburu-buru ke pintu kamar mandi, Mira berusaha menghancurkan knop pintu dengan palu.

"Eonni jangan nangis, jangan nangis eonni" Mira ikut menintikan air matanya, ketika suara tangis Jihan terdengar di telinganya.

"Ayo buka, ayoo" Mira masih berusaha menghancurkan knop pintu, dengan palu. "Aaaa tolong hancurr" Mira mengusap air matanya dengan punggung matanya, sungguh Mira lebih takut jika Jihan justru menyakitkan dirinya sendiri di dalam sana.

Knop pintu sudah setengah hancur, Mira mengangkat palu tinggi-tinggi, Setelahnya ia layangkan ke knop pintu hingga pintu knop pintu benar-benar hancur dan terpental ke sembarang tempat.

Mira menjatuhkan palu yang ia genggam, ia kini mendorong pintu yang sudah rusak.

Mira membulatkan matanya, ketika pecahan kaca sudah berserakan kemana-mana. Dan ada Jihan juga yang sedang berjongkok menenggelamkan mukanya di kedua tanganya yang di lipat dan di tumpu di atas lutut.

Mira menghampiri Jihan, ia ikut berjongkok di depan Jihan yang sekarang sedang menangis.

"Eonni" Mira memeluk kakaknya yang sekarang ia yakin banyak sekali pikiran jahat di kepalanya.

"Eonni, kamu ga sendiri. Ada aku, jangan sedih, kita akan lewatin bersama-sama"

"Semuanya akan baik-baik saja, iya semuanya akan baik-baik saja" Mira mengambil test pack yang tidak jauh denganya, tergeletak di lantai kamar mandi.

Mira menguatkan pelukanya, ketika hasil test pack yang kini ia takuti beneran terjadi.

"Semuanya hancur miraa, hancur" Mira mengelengkan kepalanya, ia mengusap-usap punggung kakaknya.

"Ini hanya sesaat, kita bisa lewatin semuanya"

"Dan besok aku langsung ngomong sama Jungwon"

"Buat dia tanggung jawab, sama semua yang dia lakuin"

~dirty touch~

Jungwon membanting dirinya di sofa ruang latihan, ia menyekat keringatnya. Hari ini jadwalnya lumayan padat, tadi pagi ia mengantar istrinya untuk program hamil, dan siangnya ia di telpon sama manegernya untuk latihan mendadak karena beberapa hari lagi, ia akan tampil di salah satu acara stasiun TV Korea.

"Minum dulu nih, biar seger" Jay melempar botol minuman dingin pada Jungwon, dan di tangkap dengan baik pada adiknya itu.

"Makasih Hyung" Jungwon membuka botol minuman yang di kasih Jay, setelahnya ia menegak minuman itu hingga sisa setengah.

Jay duduk di sebelah Jungwon, ia ikut menyandarkan bahunya di sofa ruang latihan.

"Masih marahan Lo sama Niki?" Jungwon mengangkat bahunya, ketika Jay bertanya seperti itu. Sejujurnya ia tidak marah pada Niki, tapi Niki sendiri lah yang masih marah padanya.

Tadi sehabis latihan, Niki di ajak hyung-hyungnya keluar ruang latihan untuk makan diluar, agar ia tidak membuat keributan lagi dengan Jungwon.

Dan tersisalah sekarang di ruangan latihan hanya Jay dan Jungwon saja sekarang.

"Gausah marah-marah lah, kalau fans tau pasti khawatir"

"Gue ga marah Hyung, cuman Niki belum terima gue aja. Kan emang tuh anak kalau marah lama, jadi biarin aja" Jay menghela nafasnya, saat kerjadia insiden itu. Benar-benar membuatnya semuanya kacau. Bahkan Jay sebenarnya masih ada rasa marah sama Jungwon, hanya saja ia lebih memilih untuk tidak mempanaskan suasana yang terjadi antara mereka.

Suara handphone milik Jungwon kini membuat Jay dan Jungwon mengalihkan pandangannya.

Jungwon mengambil handphone di dalam tasnya, Jungwon mengangkat alisnya ketika Mira menelponnya.

Jungwon memencet tombol gagang telepon berwarna hijau, setelahnya ia menaruh benda pipih itu di telinganya.

"Eum, ada apa Ra?"

"Jungwon malem ini gue ke agensi Lo"

"Ngapain? Gue ada ker—"

"Jihan hamil"

TBC

Jangan santet Nana ya, pasti kalian kesel kan sama Nana gara-gara ga sesuai ekspektasi kalian. Jangan santet ya jangan, ayo sungkeman dulu.

Ayo mau ngomong apa nih sama

Yera👉🏻

Jungwon 👉🏻

Jihan👉🏻

Mira👉🏻

Niki👉🏻

Dah segitu dulu, ayo spam komen biar Nana semakin semangat.

Akhir-akhir ini Nana udah jarang spam foto ya? Huhu. Tar Nana spam deh kalau ada waktu oki?

See you next chapter ❣️

Dirty touchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang