21

2.8K 542 693
                                    

Anyyeong semuanya, Nana udah up nih sorry kelamaan soalnya tadi Nana ambil rapot dulu hehe.

Besok nana up lagi ya kalau votenya 160 + 200 komen deh hehe.

Happy reading

Jungwon memberhentikan mobilnya di kediaman rumah keluarga yera, Jungwon membuka pintu mobil. Yang pertama ia lihat adalah appanya sedang menunggu di luar, appanya masih menggunakan pakaian formalnya untuk acara makan malam yang kini cuman rencana saja.

Jungwon mendekati Appanya, terlihat ekspresi Appanya, yang terlihat sangat marah.

Plak!

Jungwon merasakan pipinya menyeri saat appanya menamparnya, bahkan muka Jungwon sampai menoleh ke samping saking kencangnya tamparan dari sang ayah.

"APA YANG KAMU LAKUIN DI LUAR SANA JUNGWON HAH!" Teriakan appanya membuat mamah dan ayah yera keluar rumah.

"Ya! Kendalikan emosi kamu!" Ayah yera menjauhkan appa Jungwon, dari anaknya, ayah yera tau, Appa Jungwon memang sangat gampang emosi.

"Nak Jungwon kamu gapapa?" Ibu mertuanya memegang pipi Jungwon yang memerah, tetapi Jungwon berusaha tersenyum dan mengelengkan kepalanya. Meski rasa sakit di pipinya benar-benar terasa perih.

"DIA ITU ORANG GATAU TERIMAKASIH! KAMU UDAH DI KASIH KESEMPATAN JUNGWON! KENAPA KAMU BERULAH LAGI HAH!" Jungwon terdiam, ia menyadari kalau keluarga yera terlalu baik untuknya, menerima bajingan sepertinya.

"Tenangkan diri kamu! Kita belom tanyakan pada anak ini, kamu ini main tangan aja sama anak!" Ayah yera berusaha menenangkan appa Jungwon, agar emosinya tidak meluap-luap.

Mamah yera membelai pipi Jungwon dengan sayang, mata ibu mertuanya itu berkaca-kaca menatap matanya.

"Mamah yakin, kamu ga begitukan Jun? Itu cuman omongan media kan?" Hati Jungwon terasa mencolos mendengar ibu mertuanya yang sangat percaya padanya, Jungwon menundukan kepalanya ia sangat tidak berani menatap sang mertua.

Jungwon mengelengkan kepalanya, "a, aku cuman, bantuin dia mamah. T,temanya nelpon aku. D,dan aku me,membantunya" Jungwon mengutuk dirinya sendiri dalam hati, betapa bejatnya dia sekarang membohongi ibu mertuanya.

Tangis mamah yera pecah, ia memeluk menantunya. Ia mengusap-usap punggung menantunya, ia percaya pada menantunya, Jungwon tidak akan seperti itu, yang di pikirannya tentang Jungwon adalah dia anak yang baik.

Jungwon ikut menangis di pelukan mertuanya, ia merasa sangat berdosa padanya.

Ayah yera menghela nafasnya, jawaban yang dia inginkan akhirnya terjawab dari mulut Jungwon.

"Ya! Lihat anak mu itu, kasian dia, main pukul-pukul aja. Tanya dia dulu setidaknya" Appa Jungwon hanya terdiam menatap anaknya, ia jadi merasa bersalah saat Jungwon menangis di pelukan ibu mertuanya.

Ayah yera mendekat ke istri dan menantunya, ayah yera menepuk-nepuk pundak Jungwon.

"Udah jangan nangis, dikit lagi udah mau jadi ayah masa nangis?" Jungwon melepaskan ibu mertuanya, kini ia menatap ayah mertuanya. Ia berusaha tersenyum padanya.

"Iya yah, dikit lagi Jungwon jadi ayah" ayah yera memeluk menantunya, ia mengusap punggung Jungwon. Ini seharusnya jadi hari bahagia untuk keluarganya. Karena yera memberi kejutan jika dia hamil.

Ayah yera melepaskan pelukannya pada Jungwon, ia mengusap kepala Jungwon.

"Ayu masuk, yera nangis datang-datang kesini. Kamu coba jelasin ya, dia ada di kamarnya" Jungwon menganggukan kepalanya, ia berjalan masuk ke rumah mertuanya. Tetapi sebelum masuk ia masih menatap ayahnya, appanya masih terdiam bahkan tidak mau menatap Jungwon.

Jungwon hanya menghela nafasnya, ia kini berjalan musuk kerumah.

Jungwon membuka pintu kamar yera, kamar yera sangat gelap. Jungwon terseyum ketika yera menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimutnya.

Terdengar juga isakan tangis yera, Jungwon menutup pintu kamar yera. Ia mendekati yera, iya ikut berbaring di sebelah yera.

Jungwon memeluk pinggang istrinya, "heii, jangan nangis" Jungwon berbisik di telinga istrinya, tetapi tidak ada jawaban dari yera.

Jungwon menghela nafasnya, karena tidak jawaban dari istrinya. Jungwon mengikat tubuh istrinya hingga yera menindih tubuhnya sekarang.

Yera sempat memberontak tadi, tapi tenaga Jungwon lebih besar darinya.

Yera menyembunyikan mukanya di dada Jungwon, ia memukul-mukul dada Jungwon juga dengan sisa tenaganya.

"Heii, kamu boleh pukul aku. Tapi dengerin aku dulu" Jungwon memegang tangan yera agar yera tidak memukulnya lagi.

"Kamu jahat! Aku tungguin kamu di rumah! Tapi kamu, kamu.." yera tidak kuat membicarakannya, bahkan memori saat ia menonton berita Jungwon dan Jihan sedang berpelukan kini muncul di otaknya.

Jungwon melepaskan kedua tangan yera, ia ia mengusap kepala istrinya dengan lembut.

"Engga sayang, tadi Zoa, kamu Tau Zoa? Dia itu telpon aku, katanya Jihan melakukan percobaan bunuh diri di apartemennya. Dan katanya gada cowok di sana yang bisa narik Jihan di sana, petugas apartemen engga berani mendekati Jihan." yera menatap suaminya, Jungwon terkekeh karena dandanan yera luntur karena air matanya. Bahkan Jungwon Baru sadar kalau yera masih memakai dress.

"T,terus kenapa kamu yang di hubungin? Kenapa juga kamu nekat nolongin Jihan di saat yang lain ga berani? Bahkan petugas apartemen aja ga berani Jungwon! Kamu ga mikir? Kalau Jihan tadi udah terjun ke bawah, terus kamu juga ke tarik sama Jihan, terus kamu ikut jatuh gimana!! Kamu ga mikir ke sana hah!"

"Ya kalau aku ikut terjun kebawah, ya aku mati dong. Terus kamu jadi janda" yera memukul dada Jungwon, ia kesal pada suaminya ketika ia serius tapi di balas bercandaan sama suamianya.

"Aku serius is!!" Jungwon tertawa lepas ketika istrinya memanyunkan bibirnya, sangat mengemaskan menurutnya.

"Iya-iya aku serius"

"Kamu taukan beberapa kali aku kerja sama, sama member weekly? Nah kalau kerja sama kita sering bercanda dong? Kamu udah nonton juga kan?" Yera menganggukkan kepalanya, Jungwon semakin gemas rasa ingin menerkam istrinya, tapi ia ingat yera lagi hamil muda.

"Nah dari situ kita jadi teman, dan tadi Zoa udah panik duluan gatau mau hubungin siapa. Jadi dia hubungin aku, dan aku langsung kesana deh"

"Aku sama Jihan itu cuman temenan, cuman temen. Yang ada di hati aku ya kamu" yera akhirnya menunjukan seyumnya, kini ia kembali menyembunyikan mukanya kembali ke dada Jungwon.

Jungwon mencium kepala istrinya, "nanti kita bilang media ya? Kalau aku sama Jihan gada hubungan" yera menganggukan kepalanya, ia tidak berniat untuk menunjukan mukanya, pada Jungwon. Ia sangat malu karena berburuk sangka pada suaminya.

Jungwon mengeratkan pelukanya pada pinggang yera, kini lagi-lagi ia harus mengutuk dirinya sendiri karena ia lagi-lagi harus berbohong, demi kesehatan yera dan juga anaknya.

Lo memang bejat Jungwon, Lo bejat. Lo harus dapat hukuman.

TBC

Guys Nana mau nanya serius nih, kalian beneran mau Nana up cerita angst nct? Kalian siap kah Nana sakiti lagi? Coba kalean komen, biar Nana cepet up 👉🏻

Ayo mau ngomong apa nih sama

Yera👉🏻

Jungwon 👉🏻

Author Nana👉🏻

See you next chapter ❣️


Dirty touchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang