"Muka kamu emang jiplakan Papa, Je, tapi kalau mulutnya dimonyongin kayak gitu, tetep aja mirip soang lagi sariawan tahu nggak?" Papa Jef berkata bijak pas melihat muka anaknya masih aja sepet kayak belimbing wuluh dipetik kemudaan.
Jeviar melengos. Ia menyeka sari-sari semburan Papanya yang masih membekas di anak rambutnya. "Nggak akan, soalnya aku lebih mirip mama."
"Dih, nggak tahu diri," cibir Papa sewot. "Penghuni komplek sampai ke kucing-kucingnya Jeno juga tahu kali muka kamu mirip siapa."
"Iya, mirip mama." Jeviar ngotot. "Lagian Papa ngapain, sih, pakai sembur-sembur segala, aku kan nggak kerangsukan?!" tanyanya dongkol.
Papa malah nyengir. "Sorry, abis tadi pas Papa datang aura kamu serem banget, Je. Kayak mau ngamuk gitu."
Jeviar mau nangis rasanya. Gimana mau ngamuk kalau berdiri aja dia dibantuin Ree?
"Tapi, untung, sih, ya Papa datangnya pas banget waktu kamu mau nimpuk itu anak yang punya rumah. Kalau enggak, malam ini kamu bisa-bisa dikutuk jadi batu sama mama kamu gara-gara bikin pingsan anak orang—meski, ada campur tangan setan, sih. Eh, tapi kadang-kadang kamu juga mirip setan, sih, kelakuannya."
"Papa!" Tolong, ini bapak macam apa yang ngatain anaknya sendiri setan? "Dan nggak usah lebay, aku nimpuknya pakai bantal! BANTAL. Mana ada orang ditimpuk bantal bisa pingsan?! Itu pun nggak kena!" Ini Jeviar emosi jiwa raga.
"Duh, kamu ini emang ngeselin banget. Pantes setannya suka, orang sejenis." Papa malah ketawa. "Eh, minta tolong kabarin mama kamu, dong. HP Papa lowbat, pasti dia lagi khawatir banget sekarang."
Jeviar mencebik. Meski begitu tetap menuruti kata-kata bapaknya. Dia merogoh saku jaket, tapi nihil. Di saat itulah, keringat segede biji jagung menetes di dahinya pas menyadari benda yang dia cari tak ada di mana-mana.
"Kenapa kamu?" Papa bingung melihat Jeviar grasa-grusu. "Jangan bilang ponselnya ketinggalan di dalam—et, buset dah Je!" Dia kaget sebab tanpa aba-aba, Jeviar turun dari mobil terus membanting pintu keras banget. Papa mengelus dada sambul ngedumel, "Anak gue kelakuannya mirip siapa, sih, perasaan keluarga gue kalem semua?!"
Jeviar jalan cepat memasuki gerbang rumah Kirana. Berharapnya, sih, dia ketemu sama Kirana bukan sama si Raki. Siapa tahu, dia bisa dapat id line-nya, kan. Tapi, yah, di mana-mana, ekspektasi memang nggak pernah mau sinkron sama yang namanya realita. Jeviar emang lihat Kirana, tapi dia malah membeku saat melihat pemandangan dari celah pintu masuk yang dari tadi terbuka sedikit.
Ada yang membara, tapi bukan Bandung lautan api.
Di ruang tengah, Kirana lagi menyelimuti Ree yang tak sadarkan diri di atas sofa, terus kepala itu cowok ditepuk-tepuk pelan, halus banget. Ironisnya, Jeviar tahu banget jenis tatapan apa yang Kirana tujukan ke Ree sekarang. Untuk sepersekian detik, dia lupa sama tujuannya buat mencari ponsel sekalian nitip kunci motor—iya, motornya nginep di rumah Ree dulu, sebab Jeviar pulang sama papa, kan—dan malah melipir balik ke mobil papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Impression ✔
FanfictionKetika kisah cinta seorang Jeviar, si kupu-kupu sekolah, jadi sedramatis sinetron hidayah gara-gara naksir adik kelas yang nilai kepekaannya sejeblok harga salak yang dijual kemudaan di pinggir jalan. landnana, 2021 [book one, completed] [book two...