"Masih sakit nggak, Ki?"
Kirana membuka sebelah matanya, mendapati Skiza tengah menguap bosan. Sekarang masih jam pelajaran kedua, cuma sebab dia lagi kena cramps haid, jadinya izin ngungsi tidur dulu di bangsal UKS. Nggak usah ditanya kenapa cewek itu bisa ada di sini, dia tadi memandatkan diri sendiri buat menjaga Kirana jaga-jaga kalau ada apa-apa. Padahal, sih, lagi jenuh di kelas aja.
"Masih—dikit."
"Huf."
"Balik ke kelas sana," kata Kirana. "Aku udah nggak apa-apa, kok."
"Ogah. Otak gue bisa-bisa menciut dengerin cerita resepsi mantannya Bu Indah."
"Inget, Za."
"Inget apaan?"
"Kemarin kamu nangis-nangis gara-gara nilai ulangan kamu mentok KKM, katanya mau serius balas dendam?"
"Ahelah, gue lagi males."
"Nanti nilainya turun lagi gimana coba?"
"Gampang itu, mah." Skiza meregangkan tangan terus menguap.
"Gampang gimana?"
"Tinggal nangis lagi."
Kirana cuma bisa mengacungkan jempol. Kadang dia nggak paham gimana jalan pikiran Skiza, padahal mereka sudah lama saling kenal. Sejak MOS SMP kali, ya? Sudah tiga tahun lebih. "Terserah kamu aja."
Skiza merapatkan kursinya ke bangsal, terus bisik-bisik dengan muka serius. "Betewe, tukang bakso yang kemarin ada kelihatan lagi, nggak?"
Kayaknya, sudah seminggu lebih hari berlalu sejak kejadian mereka dikejar tukang bakso waktu itu. Kirana rada parno, sih, tapi so far nggak ada hal-hal kayak gitu lagi. Cuma, ya, Raki sama Ree—ditambah Jeviar jadi pada bawel kalau-kalau Kirana mau keluar. Pokoknya ribet, kalau ada hangout buat belajar atau les dia mesti laporan biar bisa dianter oleh salah satu dari mereka. Kalau enggak, wah HP Kirana kayaknya bakal error dadakan sebab kena spam.
Kalau Raki ada kegiatan di luar, dan mesti ninggalin Kirana di rumah sendirian. Abangnya bakal menyeret Kirana ke rumah tetangga alias rumah Ree. Om Cahyo sama Tante Windy, bahkan Tante Rose kayaknya sudah pada tahu, soalnya mereka jadi lebih sering texting ke Kirana. Apa, yah? Nggak apa-apa, sih, cuma Kirana ngerasa space buat dia bergerak jadi berkurang. Terus perlakuan semua orang yang mendadak pada khawatir yang berujung bersikap protektif, bikin Kirana was-was sendiri soalnya, ya, itu artinya ada yang lagi nggak beres, kan?
Kirana menggeleng. "Nggak, kok. Kenapa? Kamu ada lihat lagi?"
"Nggak." Skiza mendengus kesal. "Kalau dia nongol lagi, wes tak cabik-cabik ndase de'e. Sesuk aku kate tuku es batu seng guede tenan ben ketemu, iso langsung tak mbalang iku gerobak e de'e."
Kirana ketawa, terus meringis sendiri.
"Opo, sih, ngguyu-ngguyu ngono?" Skiza emosi. "Aku ki esmosi, loh, ya! Dudu ngebadut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Impression ✔
FanficKetika kisah cinta seorang Jeviar, si kupu-kupu sekolah, jadi sedramatis sinetron hidayah gara-gara naksir adik kelas yang nilai kepekaannya sejeblok harga salak yang dijual kemudaan di pinggir jalan. landnana, 2021 [book one, completed] [book two...