9. kecebur empang

380 72 5
                                    

"Lo mau mancing apa mau camping di hutan pedalaman?"

Itulah tanggapan Ree begitu melihat barang bawaan Jeviar yang kayaknya bisa buat bertahan hidup selama dua hari seandainya mereka lagi tersesat di pedalaman Sumatra.

Ini berhubung Jeviar masih alergi sama area rumahnya Ree, jadinya mereka bertiga berkumpul di depan rumah Kirana. Om Cahyo, sih, lagi manasin mobil sekalian mengambil kacamata hitamnya yang baru, nggak mau kalah sama Jeviar yang datang-datang dandanannya sudah kayak aktor tempelan yang baru lepas dari drama Korea. Untungnya Raki lagi nggak di rumah, jadinya rintangan Jeviar hari ini paling si siluman ular, siapa lagi kalau bukan Ree?

"Kak Jeviar bawa ransel gede isinya makanan, tapi nggak bawa topi." Kirana meledek. "Nanti bakal panas di pemancingan tau."

"Otaknya segede kacang polong, Ki. Mana dia kepikiran yang kayak begituan." Ree malah nyinyir.

Kirana ketawa, reflek ngegaplok pelan bahu Ree. "Aku kalau digituin, sih, nggak terima, ya."

"Karena gue punya otak, makanya gue nyiapin ini semua." Jeviar mendelik ke Ree, tapi langsung senyum manis pas ngomong ke Kirana. "Gue pas dulu nemenin bokap mancing kebanyakan gabutnya, lama banget mau dapat ikan. Jadinya bawa jajan banyak, biar kalau bosen bisa ngemil."

" ... tapi di sana ada minimart-nya." Kirana berkata. "Tapi nggak apa-apa, deng. Aku juga mau ambil susu kotak, ah, mumpung di rumah. Di sana kan freezer-nya mati, ya, jadi minumannya nggak ada yang dingin."

Jeviar mesem-mesem. "Nggak usah, Ki."

Kirana mengerjap. "Kenapa gitu?"

"Gue bawa banyak soalnya."

"Bawa apa? Susu kotak?"

"Iya."

"Rasa stroberi?"

"Iya."

"Wah, Kak Je juga suka, ya?" Kirana nyengir. "Sama, dong, kayak aku!"

"Nggak juga, sih."

"Loh? Kalau gitu ngapain beli, mana banyak banget?!" kata Kirana pas melirik kotak-kotak berwarna pink di dalam ransel Jeviar.

"Soalnya gue tahu lo suka yang itu hehe."

"Hah?"

"Kata lo, lo suka susu kotak stroberi, kan?"

Kalau Ree itu gunung berapi, kayaknya sudah dari tadi meletus kali, ya, gara-gara dengar mulut sampahnya Jeviar. Untung Papanya segera mendarat di depan pagar rumah Kirana. Kalau enggak, Jeviar pasti sudah sampai di Zimbabwe berkat sledingannya Ree.

Terus, pas Ree lagi sibuk memindahkan alat pancing ke bagasi, Jeviar bergerak cepat bukain pintu buat Kirana, disusul dirinya sendiri. Biar nggak keduluan Ree. Jadinya itu cowok duduk di depan bareng bapaknya. Sepanjang perjalanan juga Jeviar sibuk ngerecokin Kirana, duduknya mepet-mepetan sebab ruang di sebelah Jeviar dipenuhi oleh ransel jumbo. Kirana jadi nggak bisa protes.

Padahal di mata Ree, kelihatan banget akal busuknya ini orang. Dari tadi Ree sudah menahan geram, bahkan sempat melakukan tindakan radikal macam nimpuk Jeviar pakai boneka kucing yang tangannya naik turun saat itu cowok secara terang-terangan minta ID Line Kirana.

Mana Kirana bego betul, mau aja dicaplok sama siluman buaya. Nanti ingatkan Ree buat ngasih pelajaran tambahan ke adik tetangganya itu.

Yang menyadari tingkah laku Jeviar nggak cuma Ree, tapi juga bapaknya. Pas sudah sampai di tempat tujuan, terus Jeviar bantu Om Cahyo ngeluarin terus bawa-bawa barang sementara dua manusia lainnya sudah masuk duluan, itu om-om bertanya ke Jeviar.

Second Impression ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang