“Terkadang aku bertanya, kesalahan apa yang telah ku perbuat sehingga semesta tak lagi mengijinkanku untuk sekedar tertawa bersama mereka.”
—Regi Sabiru
🎵 Playing song, Melly Goeslaw—Kembalikan senyumku
Happy Reading
.
.
.
.Di luar masih gelap, kecemasan Reyga semakin menjadi-jadi. Rasa takut akan kehilangan sosok yang begitu berharga dalam hidupnya—membayangkannya saja Reyga tak mampu.
Sampai akhir hidupnya pun, ia tak akan bisa hidup tanpa Regi. Meski keadaan terus menghimpit lelaki itu, Reyga bersumpah jika ia tak akan pernah meninggalkan lelaki itu seorang diri.
Ya, ia harus lebih berani sekarang. Ia harus bisa menjadi temeng untuk saudaranya. Meski nanti menentang sang Ayah sekalipun.
"Reyga?"
Atensi Reyga teralihkan. Tepat saat suara itu menyapanya, suara yang sudah lama tak ia dengar, dan sosok yang begitu ia rindukan dan ingin sekali ia memeluknya.
"Opa?" Reyga lekas berlari—memeluk erat lelaki paruh baya itu. Menumpahkan segala tangis dan sesak yang sudah terlalu lama mengendap di dadanya.
Opa memang jarang datang ke rumah. Ada beberapa hal mengapa Opa dan Oma tak sering mengunjungi mereka ; jarak antara rumah sedikit jauh, kesibukan mengurus perkebunan yang sudah lama Opa dan Omanya rintis—membuat mereka selalu di sibukkan dengan rutinitas pribadi.
Tetapi, melihat sekarang Opanya datang, yah, meski tak bersama sang Oma—hal itu cukup membuat Reyga bahagia sekaligus sedih. Sedih karena keadaan rumah sedang tidak baik-baik saja.
"Siapa yang ngunciin cucu Opa, hm?" tanya Ikhsan kala melihat cucunya terisak—lalu menghapusnya perlahan.
Reyga enggan menjawab. Yang ia lakukan hanya memeluk sang Opa, menenggelamkan wajahnya di pundak lelaki paruh baya itu.
Hatinya tak karuan rasanya, pikirannya tak bisa tenang mengenai dimana, kenapa dan ada apa dengan Regi.
Tahu atas apa yang di rasakan cucunya, Ikhsan mencoba menuntun tubuh Reyga ke kasur—sama-sama mendudukkan tubuh mereka di sana. Lalu berkata, "Reyga lihat Opa."
Mendengar itu Reyga mencoba meredam tangisnya, meski harus ia paksakan—menatap sang Opa di balik matanya yang basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Pain (END) ✔
Teen Fiction[COMPLETED] [BELUM DI REVISI] Mereka pernah berkata, jika rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang. Mereka juga pernah berkata, jika keluarga adalah orang pertama yang akan menghantarkanmu pada kebahagiaan. Tapi baginya semua itu adalah dusta. Jus...