XVI •Berkorban•

5.5K 331 13
                                    

🎶 Playing song : Afgan - Bawalah Cintaku 🎶

HAPPY READING

“Hidup memiliki keluarga, nyatanya bagaikan hidup hanya sebatang kara.”

—Regi Sabiru

     Dimas membuang sisa puntung rokok ke atas aspal, lalu di dipijaknya dengan sepatu hitam miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Dimas membuang sisa puntung rokok ke atas aspal, lalu di dipijaknya dengan sepatu hitam miliknya. Ia terdiam di depan cafe—lebih tepatnya membelakangi cafe tempat dimana ia bertemu dengan lelaki itu.

     Sekali lagi ia menggerakkan badan—menatap lelaki paruh baya yang sampi kini masih duduk di dalam cafe. Seketika perkataan lelaki itu menguasai seluruh pikirannya.

     "Saya mau kamu mencelakai dia. Semuanya terserah kamudengan cara apa dan bagaimana. Jika kamu berhasil, saya kasih upah serta bonus buat kamu."

     "Karena dia istri saya meninggal. Saya hanya ingin dia merasakan hal yang samaapa yang di rasakan istri saya."

     "Saya hanya ingin dia musnah dari hadapan saya... Ataupun dunia ini."

     Satu helaan napas berat keluar melalui celah mulut Dimas yang terbuka. Ada perasaan aneh yang seakan mengganjal hatinya. Akan tetapi, tidak bisa di pungkiri jika ia juga sedang membutuhkan uang.

     Jadi, jalan satu-satunya adalah... Menerima tawaran lelaki itu atau ia tak akan mendapatkan uang sama sekali.

     Drrtt...

     Dahinya berkerut saat benda canggih di dalam kantong celananya bergetar dan mengeluarkan bunyi nyaring. Ia lekas merogoh saku dan mengambil benda itu.

     Terpampang jelas jika seseorang sedang mencoba menghubunginya. Dengan berat hati Dimas mengangkat dering telfon tersebut.

     "Halo?"

     "Dasar Anak kurang ajar! Hidupnya nyusahin terus! Kapan kamu ngak bikin hidup saya susah!" teriak orang di seberang sana dengan sarkas.

Another Pain (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang