XX •Berarti•

4.4K 289 11
                                    

🎶 Playing song : Sammy Simorangkir - kaulah segalanya 🎶

HAPPY READING

Banyak jiwa seorang anak yang telah mati karena ulah orang tuanya sendiri.”

—Regi Sabiru

     Alan membantu Ayahnya masuk ke rumah dengan hati-hati, saat melihat lelaki itu pulang dengan wajah yang lebam dan penuh luka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Alan membantu Ayahnya masuk ke rumah dengan hati-hati, saat melihat lelaki itu pulang dengan wajah yang lebam dan penuh luka. Alan tak tahu apa yang sebenarnya terjadi setelah pertengkaran hebat antara Ayahnya dan Regi.

     Yang ia tahu jika kini keadaan begitu rumit. Regi masuk rumah sakit yang di kabarkan kritis beberapa jam lalu, tapi Alan? Dirinya—seperti ada keraguan yang menyelimuti benaknya.

     "Kamu sudah panggil Dokter?" Adli bertanya dengan intonasi yang begitu lirih, karena menahan rasa sakit di sekujur tubuh dan wajahnya.

     Alan mengangguk mantap, "Dokternya masih jalan ke sini, Papa berbaring aja dulu. Alan siapin air hangat."

     Adli hanya mengangguk pasrah dan lekas membaringkan tubuhnya di atas ranjang tidurnya. Karena memang benar adanya jika kini rasanya begitu sakit, bergerak sedikitpun tak mampu.

     "Om akan menyesal nantinya."

     "Apa yang Regi perbuat? Sampai Papa malu mengakui Regi?"

     "Kenapa, Pa? Kenapa Papa Setega ini sama Regi?"

     Tangan Adli terangkat menutupi kedua telinganya saat suara-suara itu kembali datang menghantuinya."Argh! Pergi dari pikiran saya! Pergi!"

     Teriakan Adli yang begitu lantang tentu mampu membuat Alan terkesiap dan lekas berlari menghampiri sang Ayah. Di sana Adli memukul-mukul kepalanya sembari berteriak.

     "Pa? Papa? Papa?" Alan menggoyangkan lengan Adli demi menyadarkan lelaki itu. Dan berhasil, Adli sudah berhenti dan kini menatap Alan.

     Alan kembali bersuara, "Papa kenapa?" tanyanya penasaran.

     "Papa ngak apa-apa." Adli sedikit menyingkirkan tangan Alan yang berada di kedua pundaknya. Ia kembali memposisikan tubuhnya—berbaring di atas ranjang. "Kamu boleh keluar, Alan. Dan kalau Dokter datang, suruh langsung ke kamar Papa."

Another Pain (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang