• Playing song : Sammy Simorangkir - Kau harus bahagia •
HAPPY READING
“Jangan pernah menunjukkan bagaimana berat hidup yang kau jalani. Sembunyikan-lah secara rapi sedihmu, karena tak akan ada yang peduli selain dirimu sendiri.”
—Regi Sabiru
Adli nampak gelisah dalam tidurnya. Peluh yang menetes serta napas yang tersengal—saksi bisu jika lelaki itu sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Seperti ada hal yang menghantuinya, hal yang membuatnya begitu ketakukan sehingga menimbulkan mimpi buruk yang berkepanjangan.
"Kamu jahat, Mas... Aku kecewa sama kamu."
"Ngak! Ngak!"
Kepalanya bergerak ke kanan-kiri dengan cepat, jari-jarinya pun juga ikut mengepal erat. Angin yang berayun lamban, menerpa tirai yang menggantung—membuat suasana semakin mencekam.
Dalam tidurnya, Adli terus gelisah.
"Kamu apaan Anakku! Kamu Ayah yang gagal, Mas! Ayah yang gagal! Aku kecewa sama kamu! Aku kecewa!"
Tangan Adli yang tadinya mengepal erat, kini beralih mengibaskan kedua tangan ke udara—seperti sedang menghalangi sesuatu.
"Tidak! Tidak! Tidak!..."
"Pa? Pa? Papa kenapa?" itu Alan yang mencoba menyadarkan sang Ayah—mengguncang tubuh Adli dengan cepat.
"Tidak! TIDAKK!"
"Pa? Papa mimpi?"
Sejenak, Adli sudah tersadar dengan posisi duduk—di tatapnya sang Anak yang juga ikut duduk di sampingnya. Napasnya masih tersengal-sengal, keringatnya masih setia menetes.
"Ini minum dulu, Pa."
Adli mengambil alih gelas berisikan air putih dari genggaman Alan—meminumnya dalam satu kali tegukan. Ia masih sedikit terkejut atas mimpi yang baru saja datang dalam tidur lelapnya. Sebelum ia mendengar jika Alan mengucapkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Pain (END) ✔
Teen Fiction[COMPLETED] [BELUM DI REVISI] Mereka pernah berkata, jika rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang. Mereka juga pernah berkata, jika keluarga adalah orang pertama yang akan menghantarkanmu pada kebahagiaan. Tapi baginya semua itu adalah dusta. Jus...