🎶 Playing song : Nabila Maharani - Khianatiku🎶
HAPPY READING
“Tolong jangan buat diriku semakin terlihat menyedihkan.”
—Regi Sabiru
—Preview bab sebelumnya...
"Jadi, sampai operasi itu tiba ... kamu harus baik-baik saja."
Di tatapnya wanita itu.
"Mama?"
Melisa terus mengusap surai hitam Regi, sampai pada akhirnya kesadaran Regi terenggut.
•••
Adli menatap kembali ruang inap Regi, lalu menampilkan senyuman kecut sebelum ia beranjak pergi dari sana. Akan tetapi, niatnya untuk lekas pergi lenyaplah sudah. Pasalnya, ia berpapasan dengan Kakaknya—Fahmi.
Sejanak mereka saling adu pandang. Sebelum bibir Fahmi bergerak dan berkata, "Kita perlu bicara."
Kali ini tak ada penolakan dari Adli, lelaki itu memilih mengikuti Fahmi yang Berjalan mendahuluinya—dengan alasan ingin berbicara padanya. Sepanjang lorong rumah sakit Adli hanya memerhatikan ponselnya.
bersamaan dengan denting bunyi sebuah lift, ponsel Adli berbunyi—ada sebuah pesan masuk di sana.
📨 xxxxx
Maaf Pak, tadi den Reyga menemui den Regi. Den Reyga tahu kalau den Regi juga di rawat di rumah sakit itu.Adli meremat ponselnya, dalam hati ia berteriak murka. Ia sama sekali tak menyukai Reyga yang semakin hari semakin dekat dengan Regi.
📨 kirim untuk: xxxxx
pindahkan Reyga di rumah sakit lain. Rumah sakit dengan fasilitas terbaik, segera.•••
Melupakan kejadian semalam, mencoba terlihat baik-baik saja walau nyatanya hati terasa begitu perih ketika kata demi kata yang Ayahnya lontarkan malam itu—terngiang-ngiang di kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Pain (END) ✔
Fiksi Remaja[COMPLETED] [BELUM DI REVISI] Mereka pernah berkata, jika rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang. Mereka juga pernah berkata, jika keluarga adalah orang pertama yang akan menghantarkanmu pada kebahagiaan. Tapi baginya semua itu adalah dusta. Jus...