XLIII •Bunga merekah yang tak akan pernah layu•

2.9K 206 30
                                    

🎶 Playing song : Arsy Widianto ft Tiara Andini - Masih hatiku  🎶

“Saat gua terjatuh, saat gua terluka, saat gua terpuruk, saat dunia pun gak berpihak sama gua—ada mereka yang selalu ada. Sahabat-sahabat gua, rumah ternyaman yang pernah gua miliki.”

—Regi Sabiru

—Preview bab sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Preview bab sebelumnya

     “Dokter! Suster! Tolong saudara saya! Dokter! Dokter!”

     “Saya mau lihat saudara saya, Sus!”

     “Bertahan, Gi ... Bertahan gua mohon.”

•• @ ••

     “Lan, Regi masuk rumah sakit. Kamu dimana?”

     Satu pesan masuk melalui ponselnya—yang sama sekali isi pesan tersebut tidak Alan harapkan. Pesan yang mampu mengoyak hatinya, membuat jantungnya berdegup kencang.

     Tadinya Alan pikir ia hanyalah berhalusinasi. Akan tetapi setelah melihat foto dimana Bima duduk dengan kondisi baju yang telah berlumuran darah, Alan merutuki dirinya sendiri. Kini ia sedang tidak bermimpi bahwasanya adiknya tidak baik-baik saja di sana.

     Melajukan mobil hingga ia sendiri lupa memakai sabuk pengaman, Alan hanya ingin lekas sampai di rumah sakit dan melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kondisi Regi.

     Dua puluh menit terlewat sedikit—jarak yang telah Alan tempuh hingga kini ia sampai di salah satu rumah sakit umum. Pelupuh sebesar biji jagung mulai berjatuhan—membasahi wajah.

     Berlari dan terus berlari mengitari lorong rumah sakit serta napas yang terengah-engah, Alan mengedarkan pandangannya ke segala arah—mencari-cari dimana Regi kini berada.

     Tepat di ujung ruangan, ia melihat Bima yang masih termenung di sana. Alan yakin, di dalam sana ada adiknya.

•• @ ••

     “Regi mana? Regi dimana?!”

     “Alan?”

     “Regi dimana? Dia kenapa?” Alan terus bertanya, lalu mengalihkan arah pandangnya pada Bima yang sama sekali tidak berkutip. “Itu darah siapa? Itu darah siapa, Bim?”

     “Darah Regi.” Bima meneguk ludahnya sejenak, sebelum akhirnya kembali berbicara, “Dia muntah darah ... Dan gak sadarkan diri.”

Another Pain (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang