2

6.9K 577 4
                                    

Junghwan?

Sekarang berdiri sambil melihat sekeliling ruangan yang akan menjadi tempat ia beristirahat di kala leleh.

Kamarnya? Kamar yang benar-benar wah sekali untuknya.

Karena di bandingkan kamarnya yang dulu dengan sekarang benar-benar jauh sekali bedanya.

Junghwan menatap Jaehyuk yang sekarang tengah tersenyum manis padanya.

"Lu suka kamarnya?"

"I.. Iya, Junghwan suka kamarnya."

"Kita semua udah tau kalau lu bakal datang, tapi gak tau pastinya dan kita udah siapin kamar ini dari setahun yang lalu, jadi silahkan lu bisa istirahat dulu. Bentar lagi makan malam lu bisa turun buat ikut makan malam."

"Ma.. Makasih banyak."

Jaehyuk hanya mengangguk dan setelahnya pergi.

Junghwan masuk kedalam kamarnya, ini benar-benar di luar ekspektasi Junghwan dan dia? Bahagia banget.

Junghwan masuk ke kamar dan naruh tasnya yang gak seberapa besar di kasur tunggal yang sekarang jadi punya dia.

Ya ampun, serius gak nyangka banget Junghwan bisa tinggal di kamar kayak gini lagi.

Karena di kamar yang selama ini Junghwan tinggali semenjak kedua orang tuanya gak ada udah di jualin semua barang-barang nya.

Dan kesisa kasur yang udah jelek terus dapat kamar mewah? Menurut Junghwan. Udah kaya bersyukur banget.

Junghwan perhatiin semua, ada meja belajar dengan komputer lemari besar, dan pintu?

Junghwan cek dan ternyata kamar mandi, lengkap sudah kebahagiaan Junghwan.

Jadi dengan cepat dia membersihkan diri.

Gak butuh lama kok buat Junghwan bersih-bersih.

Setelah selesai langsung keluar hanya menggunakan handuk kecil yang melilit Indah di pinggangnya.

Junghwan mendekat ke arah tasnya lalu mengeluarkan baju bersih yang bisa ia gunakan.

Selesai memakai baju, Junghwan membongkar isi tasnya.

Ada beberapa baju kotor dan baju yang bersih.

Baju kotor Junghwan letakkan di keranjang di dekat kamar mandi.

Sedangkan yang bersih Junghwan bawa ke lemari.

Lemarinya kosong melompong jadi cuman di isi baju Junghwan yang emang sisa dua biji yang bersih dengan satu celana Junghwan taruh di bawah.

Junghwan juga mengeluarkan satu bingkai foto kecil di mana di sana terdapat dia dan kedua orang tuanya tersenyum manis.

Junghwan menatap foto itu lamat sampai akhirnya meletakkan nya di meja nakas.

Junghwan mulai menghela nafas pelan lalu menatap ke arah jam.

Sudah jam 8 malam, gak kerasa banget waktu berjalan cepat.

Junghwan juga gak sadar kalau ada satu orang yang lagi berdiri di pintu sambil bersandar.

Dia ngelihat Junghwan dengan pandangan sedikit? Aneh.

Iya sedikit karena sisanya kayak keliatan gemes gitu.

Dia juga bisa liat Junghwan yang senyum manis sambil ngeliat beberapa hal di kamar ini.

Contohnya boneka panda.

"Lu suka bonekanya?"

Pertanyaan itu mengejutkan Junghwan.

"Maaf kalau lu kaget, itu gw yang beli, gimana? Suka?"

"Emmm? Jihoon?"

Orang yang di panggil Jihoon itu tersenyum lalu berjalan mendekati Junghwan.

Dia menepuk beberapa kali kepala Junghwan dan mengangguk.

"Iya gw Jihoon, sebenarnya lu harus manggil gw kak karena Gw lebih tua beberapa tahun dari lu tapi karena di rumah ini gak makai sistem panggilan itu lu bebas mau panggil gw apa yang penting masih di batas sopan menurut gw. Dan? Lu belum jawab pertanyaan gw."

"Akh? Ha? Akh? Iya Junghwan suka sama bonekanya."

"Bagus deh kalau lu suka, yasudah. eh tapi lu udah bersih-bersih kan?"

Junghwan mengangguk pelan dan sedikit ragu.

"Oke, kita kebawah yuk udah waktunya makan malam."

Junghwan dengan senang hati mengikuti Jihoon dari belakang.

Dan bisa dia lihat saat sampai di meja makan, ada banyak orang sudah hadir di sana.

Dan Junghwan sadar yang belum datang hanya dirinya dan Jihoon.

Junghwan sedikit menunduk merasa bersalah sepertinya, di hari pertama ia di rumah ini ia sudah membuat masalah dengan lambat turun ke meja makan.

Junghwan menatap Jihoon yang ada di sampingnya sedang memberikan gestur duduk di kursi kosong bersebelahan dengan Haruto dan Jeongwoo.

Junghwan duduk di sana dengan gerakan agak patah-patah soalnya kayak mau duduk tapi takut sampai akhirnya mata Jihoon yang sadar akan ke tidak nyamanan Junghwan bersuara.

"Duduk aja di situ, itu emang punya lu."

Mendengar itu Junghwan duduk di sana walau perasaanya campur aduk.

Lalu makan malam pun di mulai dengan keheningan walau ada beberapa kali Hyusuk, Jihoon, Yoshi, dan Hyunsuk berbicara tentang hal-hal yang jujur Junghwan tidak mengerti.

Makan malam tidak membutuhkan waktu lama, Junghwan itu sudah biasa hidup mandiri selama setahun lebih.

Jadi dia tau apa yang harus ia lakukan setelah selesai makan.

Hanya saja pergerakan Junghwan yang ingin mengambil beberapa piring kotor tersebut di hentikan oleh Mashiho? Kalau Junghwan tidak salah ingat namanya.

"Mending lu istirahat aja, biar gw yang urus ini."

Junghwan menatap ke arah Jihoon, dan dapat ia lihat bahwa Jihoon memberikan jempolnya.

Hanya saja Junghwan merasa tidak enak. Jadi dia dengan suara pelan dan halus berkata.

"Tidak masalah, aku akan membantu."

Semua orang yang baru saja akan pergi atau yang masih di sana menatap ke arah Junghwan tidak percaya.

Karena memang banyak dari mereka yang tidak suka mencuci piring jadi mendengar Junghwan mengatakan itu cukup? Wow untuk mereka.

Sedangkan Mashiho hanya tersenyum tipis tapi terlihat sekali manisnya.

"Oke kalau lu maksa mau bantu, gw bisa apa."

Jadilah setelahnya Junghwan membantu Mashiho mencuci piring.

Selama mencuci piring hanya ada keheningan, sama seperti saat makan tadi tidak ada percakapan kecuali suara dentingan antara piring dengan berbagai benda lainnya.

Dan beberapa saat kemudian, selesai mereka mencuci piring Junghwan yang memang sudah akan kembali ke kamar terkejut dengan pelukan yang di berikan Mashiho.

"Eh?"

Pelukannya gak lama cuman berlangsung beberapa detik aja.

Sampai beberapa bisikan membuat Junghwan yang melihat Mashiho pergi tidak bisa manahan senyumnya karena yang di katakan Mashiho adalah.

"Gw senang lu ada."

Kek, apa ya? Seperti Junghwan yang awalanya udah gak peduli sama hidupnya seketika punya cahaya hanya karena perkataan itu.

Walau sebenarnya kata itu makannya ada banyak banget, bisa aja kata "ada" itu merujuk bahwa dia senang Junghwan ada karena bisa jadi babu di rumah ini.

Dan karena itu senyum manis yang awalnya Junghwan tahan-tahan berubah menjadi ke pahitan.

Tbc.

Brothership✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang