Lee Jaemin
Dulu dia pernah menjadi seseorang yang menerima begitu banyak cinta. Hidupnya pernah bahagia bersama keluarga kecilnya, kasih sayang selalu menyertai setiap langkahnya.
Dulu Jaemin hanya tahu sebuah kata bersama. Melakukan segalanya bersama, baik dengan mama, papa atau mungkin dengan kakaknya, jaemin gak pernah melakukan sesuatu seorang diri.
Sejak kecil jaemin bukan tipe anak yang mudah bersosialisasi, dia tidak mudah akrab dengan orang baru dan selalu takut untuk mendekati seseorang sekalipun ingin. Tapi jaemin gak pernah khawatir, sebab ada keluarganya, ada mama yang selalu menuntunnya dengan sentuhan halus, ada papa yang melindunginya saat ia takut, ada kakak yang setia bermain dengannya kapanpun.
—Baiklah, itu karena kakaknya sama saja, sulit bersosialisasi jadi mau bagaimana lagi kalau bukan bermain dengannya.
Benar jaemin pernah merasakan arti dari kata bahagia itu.
Tapi yang namanya pernah, berarti itu semua hanya masa lampau, sudah terlewat dan mungkin gak akan pernah terjadi lagi. Sebab sepertinya semesta tidak mengizinkan jaemin bahagia lebih lama, karena tahu tahu semuanya berantakan.
Bahagianya hancur lebur hanya dalam satu malam, hanya dengan sebuah surat yang telah di tanda tangani dua belah pihak, mama dan papanya.
Jaemin seolah dipaksa untuk mengikhlaskan semuanya, melupakan bahagiannya kemudian memulai kembali kehidupan dengan formasi tidak lengkap.
Tidak papa, tidak kakak. Hanya dirinya dan mama saja, hanya berdua. Tidak ada yang bisa jaemin jadikan benteng perlindungan, tidak ada yang bisa jaemin ajak bermain. Semuanya berubah, semuanya hancur.
Menata hati dan memulai semuanya dari awal bukanlah hal yang mudah, ia harus berjuang mati matian, memaksakan tubuhnya agar terbiasa, berhenti memikirkan, berhenti mencari, berhenti mengucapkan apapun yang berhubungan dengan kehidupan lalunya.
Sebab setelah semua itu, yang perlu jaemin lakukan adalah hidup untuk mama, menemani mama, melindungi mama sebagaimana mestinya seorang lelaki. Hanya pikirkan tentang sekarang ia satu satunya lelaki untuk mama. Stop bermain main, lupakan fakta bahwa predikat bungsu pernah menjadikan ia seseorang yang manja, dan haus akan perhatian.
Setelah bertahun tahun, jaemin berhasil. Tubuhnya sudah terbiasa tanpa papa dan kakak, pikirannya sudah tidak lagi terpaku pada mereka, bahkan jaemin sudah lupa kapan bibirnya menyebutkan dua lelaki yang pernah menjadi panutannya itu.
Tapi sepertinya semua itu belum cukup, semesta belum usai bermain main dengan hidup jaemin. Setelah semua usaha yang jaemin lakukan, takdir kembali mengajaknya bercanda.
Kehidupan yang sudah ia tata dengan susah payah kembali hancur berantakan. dunianya di porak porandakan oleh fakta bahwa mama harus dinyatakan sebagai pelaku pembunuh seorang temannya sendiri.
Ada rasa kecewa yang begitu besar ketika mama bahkan tidak melakukan perlawanan apapun di persidangan, mama sudah mematahkan kepercayaan yang jaemin yakini bahwa mama tidak akan pernah melakukan hal keji itu.
Jaemin tidak bisa membenci, karena jaemin tidak mampu melakukannya. Namun, terkadang jaemin kebingungan, apa alasannya bertahan? Apa yang dia tunggu? Apa yang dia perjuangkan? Karena semua terasa sia-sia saja.
Jaemin pernah berfikir untuk menyerah, ia putus asa dan memilih mengakhiri semuanya dengan kejam. Tetapi ia tahu semua memang belum usai, semesta ingin jaemin menyelesaikan apa yang bahkan jaemin sendiri tidak tahu apa itu, kapan dia memulainya.
Jaemin memaksakan diri untuk tetap bangkit, kembali membiasakan diri dengan kejamnya hidup.
Jaemin cuma perlu waktu yang lebih lama, jaemin perlu menata kembali hatinya dengan susunan yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychometric • Jaemin (ft. Jeno Winter)
FanfictionIni tentang Jaemin, seorang remaja SMA dengan keahlian khususnya yang di sebut psychometric. Dengan indra perabanya, dia bisa melihat masa lalu seseorang hanya dari sebuah kontak fisik langsung. Ini tentang usahanya dalam mencari kebenaran, mengguna...