Jeno dengan hari harinya, gak ada yang istimewa sih, hanya tidur, sekolah dan tidur, intinya itu. Sudah di katakan, jeno adalah orang yang tidak pandai mencari teman.
Jeno sebenernya bukan gak mau punya teman, bukan juga nolak orang orang yang mau menjadikannya teman, hanya saja terkadang jeno merasa malas jika harus berinteraksi terlalu banyak dengan orang orang, apalagi jika tidak satu frekuensi, itu melelahkan.
Jadi apa yang dia lakukan setelah pulang sekolah? Gak ada. Jeno hanya akan diam di rumah, rebahan dan menjadi orang yang tidak berguna.
Jangan salahkan Jeno, ini karena papanya yang belum mendapatkan tempat kursus taekwondo di sini. Jeno jadi penasaran, sebenernya papanya itu niat gak sih nyariin tempat taekwondo buat dia, karena sudah seminggu pindah papanya itu belum juga ngasih kabar tentang tempat taekwondo.
Jeno kan jadi gak ada kerjaan, lagi pula badannya pegel banget kalau gak di gerakin, kakinya gatel banget pengen nendang orang.
Setelah bosan berguling tidak jelas di atas kasurnya, jeno menghela nafas berat kemudian bangkit, melirik jam digital di atas nakas yang sudah menunjukan pukul sembilan malam.
"Belum jam 10" gumamnya lantas melompat dari ranjang, menyambar mantel dan ponselnya kemudian berlari keluar kamar lanjut keluar rumah.
Jeno cuma berjalan tak tentu arah, hanya menyusuri trotoar yang akhirnya entah akan berhenti di mana. Sambil sesekali bersenandung, jeno melangkah dengan ringan.
"Berhenti atau aku ngambek"
Kepalanya spontan menoleh, nertanya menangkap gerak lincah dua bocah laki-laki yang tengah saling mengejar, sepertinya mereka adalah saudara, terlihat dari pakaian mereka yang sama dengan warna berbeda.
"Kalau gitu aku makan es krim nya" ujar bocah yang tengah dikejar, mengejek saudaranya yang masih berjarak cukup jauh darinya.
"Ish biarin itu rasa melon, aku gak suka"
Tanpa sadar jeno terkekeh, apa yang disaksikannya sekarang membuat pikirannya berputar pada masa lalu ketika ia bermain kejar kejaran dengan jaemin.
Jaemin selalu mengancam akan marah jika anak itu tidak mampu mengejarnya, dan dengan bodohnya Jeno mengalah dengan memelankan laju larinya, membiarkan sang adik menangkap kemudian ia membiarkan dirinya mengejar.
Dulu jeno juga sering menjahili jaemin, menyembunyikan susu susu di kulkas dengan harapan jaemin merengut kesal kemudian menangis.
"Semua susu kan punya kakak, adek gak minum boleh susu"
Dan jaemin selalu berkata demikian. Pada akhirnya niat ingin membuat jaemin menangis, malah dirinya yang menangis karena kecewa pada reaksi sanga adik.
Jeno kecil memang menganggap apa yang dia suka adalah apa yang orang orang suka juga, apa yang dia bisa lakukan adalah apa yang orang bisa lakukan juga.
Yah beruntung itu hanya dirinya yang dulu, sekarang dia tau jika setiap orang tidaklah sama, sekalipun mereka anak kembar yang pada dasarnya sudah bersama sejak dari kandungan.
Brugh
Lamunannya seketika buyar, jeno refleks menoleh ke sumber suara. Dua bocah yang sebelumnya lari lari itu sekarang sudah duduk di tanah bersama satu bocah lainnya, sepertinya mereka tidak sengaja tabrakan. Jeno terkekeh kemudian berjalan menghampiri, karena posisinya tidak jauh dari tempat jeno berdiri.
"Kalian gapapa?" Tanya nya sembari membantu anak perempuan yang masih duduk di tanah, sementara dua lainnya sudah berdiri.
"Kakak kami gak sengaja, kami gak dorong dia kok, sumpah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychometric • Jaemin (ft. Jeno Winter)
FanfictionIni tentang Jaemin, seorang remaja SMA dengan keahlian khususnya yang di sebut psychometric. Dengan indra perabanya, dia bisa melihat masa lalu seseorang hanya dari sebuah kontak fisik langsung. Ini tentang usahanya dalam mencari kebenaran, mengguna...