16

458 55 25
                                    

Drrttt...drrtt...

Drrtt... drrtt...

Benda pipih di atas nakas itu terus berdering, menampilkan sebuah panggilan masuk yang tak kunjung di terima oleh si pemilik ponsel.

Terhitung sudah ada tujuh kali panggilan hingga akhirnya tidur Jaemin terusik. Pemuda itu melenguh, hendak meraih ponselnya jika saja tidak ada sebuah beban yang membuatnya kesulitan bergerak.

Jaemin kembali melenguh, ia sedikit kebingungan kenapa ia merasa ada sesuatu menimpa tubuhnya. Jaemin sampai kesulitan bergerak. karena itu, mau tidak mau jaemin memaksakan diri untuk membuka mata sepenuhnya.

Ia melirik sebuah tangan yang dengan erat melingkari tubuhnya, menoleh ke arah kiri hanya untuk mendapati wajah jeno yang nampak masih terlelap.

Jaemin mengerjap, sejak kapan kakaknya itu tidur bersamanya.

Drrtt...drrtt...

Jaemin tersentak kaget ketika ponselnya kembali berdering "siapa sih anjir pagi pagi buta nelpon, gak sopan banget" dengusnya kesal. Tambah kesal waktu ia benar benar merasa kesulitan untuk bergerak, jeno benar benar memeluknya dengan erat.

"Lo lagi, ngapain sih di kamar gue! Bangun sialan!"

Sungguh pagi yang menyenangkan, bahkan matahari saja belum menampakan sinarnya, tapi sudah berapa kali bibirnya itu melayangkan umpatan.

Merasa akan sulit membuat sang kakak bangun, jaemin pun berontak, melepaskan tangan dan kaki jeno dengan brutal, setelah lepas, barulah jaemin mendorong tubuh jeno kuat kuat hingga kemudian-

Brug!!

Jeno jatuh dari ranjang, jaemin sempat meringis mendengar suara jatuhnya, melirik takut takut sang kakak yang sudah terbaring di bawah. Tetapi mendapati Jeno bahkan hanya melenguh, jaemin berdecak sebal.

"Kebo, najis!" Umpatnya sekali lagi sebelum mengambil ponselnya, menerima panggilan dari sebuah nomor yang sang ia kenal itu.

"Lo gak mikir dulu sebelum ngehubungin?! Ini masih pagi buta! Lo ganggu tidur nyenyak gue!" Serobotnya tepat setelah panggilan tersambung.

Bukannya melontarkan kata maaf, orang di sebrang sana justru terkikik puas seolah telah memenangkan sebuah game. Jaemin menggerling.

"Sekarang ngomong bukan malah cengir! Ini sabtu ya, gue masih pengen—" ucapan Jaemin terhenti seketika saat orang di sebrang sana menyela, menyampaikan informasi yang berhasil menyita seluruh atensinya.

Jaemin mengusap wajahnya, ia menggeleng pelan "bisa ulangi? Nyawa gue belum kekumpul semua" pintanya dengan suara lebih tenang.

Dari sebrang telpon orang itu sempat menggerutu, tetapi tetap mengikuti kemauan jaemin.

Kini jaemin pun lebih pasang telinga, mendengarkan dengan seksama penjelasan yang di sampaikan orang itu. Kepalanya mengangguk-angguk pelan, tanda bahwa ia mengerti.

"Beresiko gak sih? Gue gak mau mereka tau apa yang gue bisa" lirihnya, merasa sedikit berat dengan resiko yang akan terjadi.

"Kasus ini masih berhubungan jaemin, dari hasil penyelidikan, banyak yang mengira bahwa pelaku masih orang yang sama"

Jaemin terdiam sejenak, ia masih mencerna semua yang di paparkan orang tersebut.

"Gimana? Gue bakal bantu lo, tenang aja"

"Ntar gue kabarin lagi"

"Gak usah lama lama, ntar jam makan siang gue tunggu keputusan lo"

"Hm, makasih kak"

Psychometric • Jaemin (ft. Jeno Winter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang