24

301 46 3
                                    

Jeno baru saja menginjakkan kakinya ke dalam rumah waktu tiba tiba Donghae datang menghampiri dan menggeret nya sampai ke ruang  tengah, pria anak dua itu lantas mendudukkan sulungnya pada sofa panjang, tepat di sampingnya.

Jeno yang mendapat serangan dadakan begitu cuma bisa mengerjap, tingkah aneh papanya sepertinya lagi kumat.

"Kenapa sih, pa?" Tanyanya dengan nada keheranan yang begitu kentara.

Donghae berdecih "kenapa? Masih nanya kamu, kak? Kamu kan hutang penjelasan sama papa" cecarnya,  menuntut penjelasan yang sejak semalam menganggu pikirannya.

Mendengar itu, barulah Jeno bergumam sambil mangut mangut, tapi bukannya langsung menjelaskan, Jeno malah dengan usilnya menatap sang papa sambil naik turunin alisnya, seperti sedang menggoda.

Tatapan Donghae berubah horor, dahinya berkerut samar dan tangannya spontan menyentuh dahi Jeno. Mengecek, kiranya panas kah suhu tubuh anak itu, soalnya tingkahnya malah membuat ia ngeri anaknya kerasukan roh ani ani.

"Ngapain sih pa?" Dengus Jeno sambil menepis tangan Donghae di jidatnya.

"Kamu yang ngapain? Segala liatin papa begitu, ngeri papa" ketusnya, mulai jengkel sendiri.

Tawa Jeno seketika pecah, cuma sebentar karena Donghae sudah ancang ancang menempeleng nya, kesal sendiri dia lihat jeno yang gak bisa serius.

"Maaf... Maaf... Aku ngerasa lucu aja liat papa begini, papa pasti khawatir kan?" Imbuhnya dengan nada yang jelas tengah meledek.

"Ya khawatir lah, orang tua mana yang gak khawatir liat anak- anaknya babak belur? Kalian juga abis ngapain dari kantor papa?"

"NAH ITU DIA!!" Pekik Jeno antusias, anak itu bahkan sampai bertepuk tangan saking senangnya.

"Apa?" Donghae bingung.

"Papa ngaku, papa masih peduli sama si adek kan? Papa pasti kepikiran kita semalaman kan? Atau malah papa kegeeran kalau kita ke sana mau nemuin papa?"

Donghae langsung bungkam, ia kembali mengingat ucapannya tadi, dan begitu sadar bahwa dia secara tak langsung menunjukan rasa khawatirnya untuk kedua putranya, Donghae jadi gelagapan sendiri. Ia lantas memalingkan wajah, berdehem untuk mengenyahkan rasa yang mendadak membuat hatinya gak nyaman.

Tentunya hal itu tak luput dari perhatian Jeno, anak itu jadi senyum senyum sendiri melihat papanya yang jadi salah tingkah begitu.

"Papa sih, gengsian. Lagian kenapa sih kalau masih peduli? Toh si adek juga masih anak papa, wajar kali khawatir sama anak sendiri" cibirnya.

"Kamu kok jadi bahas ke sana? Pertanyaan papa belum di jawab loh"

"Tapi papa nanti juga harus jawab pertanyaan aku juga" tak mau rugi, jeno memilih bernegosiasi dulu.

Donghae menggerling "apa pertanyaannya?" Pasrahnya yang membuat Jeno tersenyum puas.

"Jelasin ke aku semuanya, apa yang terjadi antara papa sama adek? Kenapa bisa seasing sekarang?"

"Bukannya kamu udah tahu? Itukan karena perjanjian papa sama mama kalian" jawab sang papa cepat.

"Papa yakin karena itu? Tapi aku ngerasa ada hal lain deh, aku kenal adek aku loh pa, dia gak mungkin bisa semarah itu sama orang tanpa sebab"

Donghae terdiam, pikirannya berkelana menerka-nerka kiranya apa yang ia lewatkan. Terus terang saja, ia sendiripun bingung sebenarnya apa yang  membuat Jaemin semarah itu padanya.

Sama seperti Jeno, Donghae juga kenal bagaimana putra bungsunya, Jaemin bukan tipe  anak yang suka marah tanpa alasan, sifatnya persis Yoona.

"Papa sebenarnya juga gak ngerti, nanti deh papa cari tahu. Sekarang giliran kamu, jawab pertanyaan papa" Tukas Donghae akhirnya.

Psychometric • Jaemin (ft. Jeno Winter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang