11

467 65 42
                                    

"sembilan pin, peningkatan yang sangat cepat"

Senyum winter seketika mengembang, ia membawa dirinya melompat dan menyorakan pencapaiannya. Membuat jeno yang sedari tadi berdiri di sampingnya itu terkekeh ikut merasa bangga.

Katakan saja mereka berlebihan, tapi winter betulan merasa bangga pada dirinya sendiri.

Pasalnya dia sudah menggelindingkan bola bola itu sebanyak belasan kali, baru di lemparan ke tujuh belas ini ia bisa menjatuhkan hampir semua pin.

Tentu saja itu hal yang harus di banggakan, bukan.

"Gue berkembang dengan cepat kan?" Gadis itu beralih menatap jeno, masih dengan senyum merekah yang kentara sekali dari bibir tipisnya.

Sebuah senyum yang akan otomatis menular pada mereka yang melihatnya, begitupun dengan jeno.

Lelaki itu turut menyunggingkan senyum manisnya "iya iya, lo paling keren dah. Percaya sama gue" ujarnya sembari mengusak puncak kepala winter dengan gemas.

Entah di lakukan secara sadar atau tidak, tapi itu sangat berefek pada gadis di hadapannya ini. Winter tercekat, ah tidak maksudnya, hati perempuan mana yang tidak tersentuh saat mendapat perlakuan seperti itu?

Sementara itu jeno beralih mengambil satu bola "Giliran gue, perhatikan baik baik sampai sepuluh pin itu gue babat semuanya"

Winter mengerjap, buru buru kembali memusatkan fokusnya pada permainan yang akan jeno lakukan.

"Masih perlu lo ngomong begitu?"

"Ya harus biar keliatan jagonya"

"Ck, iyain"

Setelahnya permainan di lanjutkan, jeno mulai menggelindingkan bola dari tangannya pada jalur bowling hingga kemudian sepuluh pin disana jatuh semua.

Waktu terus berjalan, keruan keduanya terpaksa di sudahi ketika winter mengeluhkan jika perutnya mulai keroncongan. Oleh sebab itu, tidak ada alasan lain kenapa keduanya kini berakhir di kedai jajangmyeon pilihan winter.

"Lo lapar apa doyan?"

Winter terkekeh mendengar pertanyaan itu, ia menyelesaikan kunyahannya terlebih dahulu sebelum menyahut.

"Dua duanya, jajangmyeon buatan bibi cha emang paling the best, makanya gue sama jaemin rajin banget mampir sini" tutur winter dengan semangat.

Sangat berbanding terbalik dengan keadaan beberapa menit yang lalu yang tak henti mengeluh kelaparan.

"Emang enak sih" puji jeno menyetujui.

"Nah iyakan"

Jeno mengangguk saja, mie hitam di mangkuknya memang enak, namun entah kenapa perhatian jeno justru tidak terpusat pada makanannya. Melainkan pada gadis dengan pipi menggembung akibat penuh dengan makanannya.

Melihat winter makan dengan lahap, entah kenapa membuat perasaan Jeno jadi lega. Mengingat beberapa saat lalu winter sudah seperti orang sekarat yang belum makan satu minggu.

Ah, jeno hanya hiperbola.

"Mikirin apa? Katanya enak, tapi kok di diemin?"

Sejujurnya jeno merasa kaget karena telah terpergok menatap winter sedari tadi, tapi ia mampu menutupi nya dengan sebuah tawa kecil.

"Agak heran aja, kok lo tiba tiba ngajak gue keluar? Alih alih jaemin yang biasa nempel sama lo"

Itu benar, pagi tadi saat jeno bahkan masih bersembunyi di dalam selimut, winter menghubunginya menanyakan apa ia bersedia main keluar bersama atau tidak.

Psychometric • Jaemin (ft. Jeno Winter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang