Jaemin beranjak dari duduknya begitu bel tanda masuk berbunyi, pelajaran pertama di hari senin adalah pelajaran etika, dan seperti biasa jaemin akan keluar dari kelas untuk menghindar dari yuri.
Tentu saja itu bukan pemandangan yang baru buat anak kelas, dan tentu bagi jeno yang sudah mulai terbiasa.
Jaemin melangkah dengan tempo santai kaluar dari kelasnya, berjalan berlawanan arah dari jalur yang biasanya yuri lewati. Ia baru saja menginjakkan kaki pada anak tangga saat sebuah tangan tiba tiba bertengger di bahunya.
Jaemin mendengus, tapi ia tidak melayangkan protesan apapun. Membiarkan tangan Jeno tetap merangkulnya. Jika di pikir pikir, semenjak hubungan mereka membaik, jeno senang sekali melakukan skinship padanya.
"Jangan ikutan bolos" ketus jaemin masih dengan kaki yang melangkah menaiki anak tangga.
"Biarin, lo juga bolos kenapa gue nggak"
"Ck, terserah"
Setelahnya tidak ada lagi percakapan apapun hingga si kembar sampai di rooftop. Mereka pikir di sana akan kosong seperti biasa, tapi ternyata ada seorang pemuda yang tengah duduk di atas meja yang tak terpakai bersama sekuntung rokok menyelip di jemarinya.
Sebelah sudut bibir jaemin terangkat, menampilkan sebuah seringai yang tentu hanya ia tampilkan pada orang orang tertentu saja. Salah satu pada hyunjin dan temannya itu.
"Wah... Ternyata mulai berani ngerokok di sekolah, guru kalau tau ancur dah tuh image baik lo" komentarnya, yang sontak membuat hyunjin teralih.
"Mereka gak akan tau"
"Gue bisa laporin"
"Mereka mana mau percaya sama lo"
"Hmm... Bener juga, yaudah lanjutin" tukas jaemin dengan santai, dan di sampingnya jeno hanya bisa memperhatikan percakapan itu dengan heran.
Jaemin bahkan melewati hyunjin begitu saja, ia seperti biasa duduk di atas pembatas rooftop yang tentunya Jeno juga mengekor.
Jeno masih belum mengatakan apapun, anak itu masih menerawang. Perasaannya ia pernah bertemu dengan hyunjin, tapi dia lupa di mana.
"Gue gak nyangka lo bisa punya temen" celetuk Hyunjin sesaat setelah memperhatikan Jeno dengan intens.
"Dia? Temen gue? Idih... Ogah" delik Jaemin yang di akhiri dengan sebuah tawa.
"Lah lo pikir gue nganggap lo temen?" Sahut jeno tak mau kalah, setelah itu keduanya tertawa atas lelucon aneh mereka.
"Sama sama gila" cibir Hyunjin.
"Lo lemah ya sekarang? Udah gak mampu lawan gue sendiri makanya ajak orang lain"
Mendengar itu, jeno seolah di ingatkan kembali tentang kejadian malam dimana ia membantu jaemin saat di keroyok. Jeno tak mungkin salah ingat, memang ada Hyunjin di sana.
"Gue ketawa banget anjir dengernya, selama ini siapa yang lemah sebenarnya? Lo selalu nyerang gue bareng lima babi lo itu, sayangnya satu babi lagi gak bisa jalan ya?"
Tangan Hyunjin mengepal erat, matanya menatap nyalang pada Jaemin "itu karena lo, dan camkan ini!! Gue akan lakukan lebih dari yang lo lakukan pada temen gue"
Jaemin bergidik, menampilkan ekspresi ketakutan yang di buat buat guna meledek lawan bicaranya itu "iyakah? Ngerinya"
"Sialan lo!!"
Sungguh, Jeno tidak tahan. Kenapa dia malah merasa geli melihatnya, dia ingin tertawa ketika Hyunjin tersulut, dan sangat menyenangkan melihat cara adiknya mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychometric • Jaemin (ft. Jeno Winter)
FanfictionIni tentang Jaemin, seorang remaja SMA dengan keahlian khususnya yang di sebut psychometric. Dengan indra perabanya, dia bisa melihat masa lalu seseorang hanya dari sebuah kontak fisik langsung. Ini tentang usahanya dalam mencari kebenaran, mengguna...