Tiga tahun lalu adalah tahun yang menurut yoona paling menyeramkan. Bukan tentang dirinya yang menjadi tersangka utama pembunuhan, bukan. Yoona tidak memperdulikan itu.
Menyaksikan kematian temannya sendiri memang lah menyakitkan, dan menurutnya itu adalah mimpi buruk yang tidak akan pernah ia lupakan.
Mendapat fitnah memang menyakitkan, tetapi menurutnya akan lebih menyakitkan jika dikecewakan oleh orang yang paling dicintai, disayangi, bahkan dijadikan panutan.
Dan yoona melakukannya, bodoh sekali.
Terkadang, ah tidak lebih tepatnya setiap hari, setiap waktu, yoona merasa sangat bersalah, dirinya menyesal telah membuat jaemin kecewa, menyesal telah membuat kepercayaan jaemin patah begitu saja, dan yoona tahu dia juga sudah menghancurkan masa depan putranya itu.
Yoona bukan tidak peduli pada putranya yang lain, hanya saja yoona rasa ia tidak perlu khawatir tentangnya, sebab jeno masih memiliki donghae.
Di dalam selnya memang tidak ada penindasan, tidak ada perundungan atau semacamnya. Teman satu selnya bahkan baik baik.
Tetapi meski sudah tiga tahun lebih ia berada disini, yoona tidak pernah untuk terbiasa. Setiap apa yang ia lakukan hanya dipenuhi oleh penyesalan. Berat, sungguh harinya selalu terasa berat.
Perasaan cemas tidak pernah luput ia rasakan. Yoona selalu cemas tentang jaemin, apa dia baik baik saja? Apa dia makan dengan baik? Apa dia aman? Bagaimana sekolahnya? Dan mungkin apa jaemin masih membencinya?
Semua tentang Jaemin tidak pernah membuatnya tenang, dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
"Yoona...yoona...im yoona"
Panggilan itu, pun dengan sedikit guncangan di tubuhnya membuat yoona mau tak mau membuka mata. Dengan matanya yang sudah basah air mata, yoona menatap seweon—salah satu teman satu selnya.
"Kenapa?" Tanyanya masih dengan nyawa yang belum terkumpul sempurna, tangannya bergerak menyeka air mata yang sudah membasahi telinganya juga.
"Kamu mimpi buruk lagi?"
Senyum tipis tersungging dari bibir tipisnya, lantas ia mengangguk membenarkan.
Seweon menatap yoona iba, hanya beberapa saat sebelum wanita itu menarik senyumnya tipis.
"Aku tahu kamu gak suka tatapan seperti tadi, jadi lupakan saja, maaf"
Yoona terkekeh "gak masalah, aku mengerti"
"Makasih, em... Itu ada yang mau bertemu"
Sebelah alis yoona terangkat, tanda menanyakan siapa yang seweon maksud.
"Katanya laki laki. Udah sana temuin aja, liat itu opsir song udah nungguin"
Yoona melirik ke arah pintu dimana opsir wanita itu sudah menunggunya, yoona meringgis tak enak, lantas buru buru bangkit, menghampiri.
"Anak saya bukan?" Tanyanya, menatap sang opsir penuh harap.
"Mungkin sabar sebentar lagi?"
Yoona mendesah kecewa, kapan jaemin akan menemuinya? Kapan jaemin berhenti membencinya.
***
"Lama gak ketemu, Yoona?"
Berdecak sebal, yoona memalingkan wajahnya malas. Pria ini tidak pernah lelah mendatanginya.
"Ada urusan apa lo datang kesini? Gue udah bilang kan, berhenti ganggu gue" ketus yoona tak minat.
Bibir pria itu mencibir, kemudian mendesah malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychometric • Jaemin (ft. Jeno Winter)
FanfictionIni tentang Jaemin, seorang remaja SMA dengan keahlian khususnya yang di sebut psychometric. Dengan indra perabanya, dia bisa melihat masa lalu seseorang hanya dari sebuah kontak fisik langsung. Ini tentang usahanya dalam mencari kebenaran, mengguna...