14

439 63 41
                                    

Sejak kedatangan jeno sebagai siswa baru di kelasnya, jaemin itu sudah menekankan pada dirinya sendiri untuk tidak memperdulikan keberadaan jeno.

Selalu mengatakan pada dirinya sendiri, untuk menganggap jeno sebatas siswa baru, tidak lebih. Jangan banyak berinteraksi.

Namun siapa yang tau ke depannya seperti apa, Jaemin bahkan tidak tau dan entah sejak kapan adu mulut selalu terjadi jika mereka bertemu. Entah kenapa Jaemin yang biasa bersikap bodo amat menjadi lebih mudah terpancing oleh celoteh kakaknya itu.

Jeno selalu mempunyai banyak cara untuk membuat Jaemin meresponnya, sekalipun responnya tidak baik.

Sungguh, Jaemin heran juga sejak kapan kakaknya itu menjadi lebih banyak bicara, sebab seingatnya bahkan dulu jeno seperti tidak ada kesempatan untuk bicara. Karena cerewetnya di habisin sama jaemin, jeno bagian nyengir nya aja.

Jeno itu seorang pekerja keras, tidak mudah menyerah selama apa yang dia mau belum ia dapatkan.

Mencari perhatian Jaemin, menjadi salah satunya. Menurutnya selama ada celah, maka terus maju, dapatkan atensi Jaemin, dapatkan adiknya kembali.

Dan merecoki Jaemin merupakan bagian dari usahanya.

Maka jangan heran jika saat ini Jeno sudah berada di atap, menghampiri Jaemin yang tengah berbaring di beton pembatas, lantas duduk di dekat kepala adiknya itu.

Jeno masih diam, tidak berniat mengatakan apapun selain menatap lamat lamat wajah damai adiknya itu. Jaemin bahkan nampak tidak terusik sama sekali.

Cukup lama jeno bertahan di posisi tersebut, senyum nya tidak luntur sama sekali, rasa rasanya lega saja melihat wajah rupawan adiknya ini.

"Dah lama banget ya dek" lirihnya, ia terkekeh saat tiba tiba sekelebat kenangan masa lalu terputar dalam pikirannya.

Ia selalu rindu masa masa itu, masa dimana mereka masih baik baik saja.

"Tapi gue ngerasa bersalah mulu tiap liat muka lo, kenapa ya? Jahat banget gak sih, selama ini hidup gue baik baik aja tanpa tahu gimana kehidupan adek gue sendiri"

Jeno menarik nafasnya, lantas menghembuskannya perlahan. Mulutnya berhenti berucap saat atensinya telah benar benar tertuju pada wajah sang adik, jeno hanya ingin melihat wajah itu lebih lama lagi, pikirnya kapan lagi liat wajah manis itu setenang ini, biasanya juga jutek banget.

Detik terus bergerak ketika air muka jeno berubah menjadi cemas karena nafas adiknya terdengar tak beraturan, dahi jaemin mengernyit, pun dengan keringat yang mulai terlihat di kedua pelipisnya.

"D-dek?" Panggil jeno, ia menepuk bahu sang adik dengan pelan, berniat membangunkan.

"Hei, bangun dulu" lagi ia masih berusaha membangunkan jaemin.

Tak butuh waktu lama, kedua manik indah itu terbuka, Jaemin membuang nafasnya panjang lantas bangkit duduk, tentu dengan pengawasan jeno, takut takut jaemin oleng dan malah terjun bebas ke bawah.

Aish, jeno bergidik ngeri membayangkan nya.

"Lo mimpi buruk?" Tanya nya, jujur ia masih merasa khawatir.

"Bukan urusan lo" tukas Jaemin, judes seperti biasa.

Ah omong omong, jaemin sendiri tidak kaget bisa menemukan jeno di sini. Ia sudah terlalu lelah selalu mengusir kakaknya itu, biarkan saja jeno berbuat semaunya.

"Yeu... Gue khawatir tau, gue kira barusan lo mau sekarat njir, nafas lo putus putus" ujar jeno sedikit terkikik di akhir kalimatnya.

"Gak usah lebay, gue gak akan mati dulu" balas jaemin sekenanya, anak itu masih berusaha mengatur nafasnya yang berantakan.

Psychometric • Jaemin (ft. Jeno Winter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang