Kejadian di jalan beberapa jam yang lalu adalah sebuah kecelakaan yang tak di sengaja. Semuanya bermula saat Gong Hana yang berlari hendak menyebrang jalan di antara mobil mobil yang berlalu lalang, dan kebetulan sekali Jaemin melihat hal itu sehingga dengan gerak reflek ia berlari ke tengah jalan, meraih tubuh Hana untuk ia selamatkan dari sebuah mobil yang nyaris menghantam tubuh kecil itu.
Setidaknya Jaemin berhasil menyelamatkan Hana meskipun pada akhirnya mereka sempat keserempet sampai berguling beberapa meter ke sisi jalan.
Sejujurnya bagi Jeno, dia tidak begitu peduli seperti apa kronologi nya. Sebab baginya, keselamatan sang adik lebih penting dari hal itu.
Namun, satu hal yang selalu Jeno tidak suka dari sifat jaemin, keras kepala. Harusnya untuk malam ini saja, Jaemin menginap di rumah sakit karena menurut dokter, benturan yang Jaemin alami di kepalanya tidak dapat di katakan ringan. Perlu pemeriksaan lebih lanjut karena takut sesuatu buruk terjadi.
Sayangnya Jaemin tetaplah Jaemin, sifat keras kepalanya membuat Jeno mau tak mau mengalah, membiarkan Jaemin mendapat pengobatan pada luka lukanya lebih dulu, lantas mereka pun pulang ke apartemen Jaemin, sesuai yang adiknya inginkan.
Karena demi apapun, kali ini rasa rasanya jaemin lebih keras kepala dari biasanya. Pemuda itu tak mendengarkan siapapun, bujukan Jeno dan Winter seolah tak berarti apa apa untuknya.
Maka disini lah mereka sekarang, di apartemen milik si adik kepala batunya.
Winter sudah pulang beberapa saat lalu, awalnya gadis itu menolak, mengatakan jika ia akan menginap saja karena takut terjadi apa apa pada jaemin.
Tetapi setelah jeno kasih pengertian jika ia akan menjaga jaemin, pun dengan bujukan yang doyoung lakukan, akhirnya winter luluh dan menurut saat di ajak pulang oleh doyoung.
Jeno menarik nafasnya, lantas duduk di sisi ranjang. Perhatiannya tak lepas dari kedua orang yang terbaring di atas kasur itu. Benar berdua, karena dari jaemin di angkut ke ambulance bahkan sampai sudah masuk IGD sekalipun, Hana tidak ingin jauh jauh dari Jaemin.
Dan kali ini pun masih sama, gadis kecil itu akhirnya tertidur dalam dekapan Jaemin setelah sebelumnya menangis meraung-raung, meracau jika ia takut Jaemin pergi meninggalkannya.
Untuk kesekian kalinya, Jeno menghela nafasnya panjang. Ia kini bangkit dari duduknya, melepas tangan Jaemin yang semula melingkar di tubuh Hana, lantas merubah posisi adiknya agar berbaring dengan telentang.
"Ngghh..."
Ah rupanya Jaemin tidak benar benar tidur pulas, adiknya itu melenguh pelan hingga tak lama kemudian kedua kelopak matanya terbuka.
"Dek? Ada yang sakit hm?" Tanya pelan, bahkan terdengar berbisik, ia takut Hana juga terusik.
Jaemin menatap Jeno sejenak sebelum kemudian menggeleng "nggak, lo ngapain?" Jaemin balas bertanya dengan suara paraunya.
"Hana udah tidur jadi gak usah lo kekepin terus. Makin sakit ntar bahunya"
Jaemin mengangguk saja, kepalanya pening luar biasa, ia terlalu lemas untuk menanggapi ucapan Jeno. Jadi saat Jeno dengan telaten membenahi posisinya, Jaemin terima terima saja tanpa membantah sedikit pun.
"Ngeyel sih, di bilang nginep dulu di rumah sakit kagak di waro" gerutu Jeno seraya menyelimuti adiknya itu.
"Berisik kak ah..."
Seketika jeno berhenti mencak-mencak, tanpa sadar sebuah senyum terbit dari bibir tipis pemuda itu. Mungkin Jaemin tidak sadar dengan ucapannya yang terdengar seperti racauan tersebut, tapi di telinga Jeno, kalimat jaemin terdengar sangat jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychometric • Jaemin (ft. Jeno Winter)
FanfictionIni tentang Jaemin, seorang remaja SMA dengan keahlian khususnya yang di sebut psychometric. Dengan indra perabanya, dia bisa melihat masa lalu seseorang hanya dari sebuah kontak fisik langsung. Ini tentang usahanya dalam mencari kebenaran, mengguna...