"mampus gue, gimana caranya gue bilang"
Winter hendak membuka pintu bilik toilet yang di tempatinya saat sebuah suara terdengar dari luar. Awalnya winter ingin bersikap bodo amat, tapi saat suaranya terdengar familiar, winter memutuskan untuk diam di dalam beberapa saat sampai orang diluar sana pergi.
Tapi alih alih pergi, winter justru dapat mendengar dia menghubungi seseorang yang entah siapa itu.
"Lo tahu maksud gue kirim foto itu sama lo, dan gue yakin lo gak bodoh dengan siapa gue melakukannya"
Winter mengernyit, melakukan apa? Astaga jika begini kadang winter merutuki dirinya sendiri kenapa dia malah ngelamun dulu tadi, kenapa setelah selesai tidak langsung keluar dan kembali ke kelas. Kalau begini kan, kesannya dia jadi sengaja nguping percakapan orang lain, ya meski cuma mendengar dari salah satu pihak itu juga.
Dia mau tutup telinga juga sudah terlanjur ia dengar sebagian, jadi rasanya nanggung aja kenapa gak sampai akhir.
"Gue gak akan nuntut lo tanggung jawab dengan nikahin gue, gue cuma minta biaya buat ngelakuin operasi aborsi"
Saat itu juga winter reflek menutup mulutnya yang sedikit terbuka. Apa dia tidak salah dengar? Winter bukan tidak mengerti, hanya saja dia tidak menyangka.
"Lo yang gila!! kalau gue pertahankan janin ini bukan gak mungkin gue dikeluarin dari sekolah. Dan lo tahu betul gimana keluarga gue, semarah apa mereka nanti"
"Gue gak mau tahu, pulang sekolah kita ketemu di tempat biasa"
Setelahnya tidak ada suara apa apa, selain air keran yang dinyalakan. Winter masih bertahan di dalam sampai di luar sana benar benar tidak ada siapa siapa. Lima menit kemudian, winter akhirnya memutuskan untuk keluar karena toilet memang sudah kosong, hanya menyisakan dirinya sendiri.
Tidak ingin berlama lama di sana, winter segera membawa dirinya pergi. Meninggalkan toilet dengan tergesa sampai sampai tidak memperhatikan sekitar dan berakhir dirinya menabrak seseorang.
Tubuhnya nyaris terjerembab jika saja lelaki yang tak sengaja ia tabrak itu tak menahan dirinya. Menggenggam pergelangan tangannya pun dengan pinggangnya.
Menyadari jika dihadapannya ini adalah Jaemin, winter segera menarik tangannya, menyembunyikan di balik badan seraya memalingkan wajah. Menatap apapun asal jangan bersitatap dengan jaemin.
"Ceroboh banget" cibir Jaemin seraya menarik tangannya dari pinggang winter, lantas memasukannya kembali ke dalam saku hoodie yang senantiasa ia kenakan.
Jaemin berdecih saat winter masih memalingkan wajah, telinga gadis itu memerah pun dengan pipinya. Jaemin terkekeh lantas mengusak puncak kepala sang sahabat, sayangnya winter langsung menjauhkan kepalanya, tidak ingin jaemin melanjutkan aksinya.
"Gapapa elah, gue udah tau dia akan berakhir kayak sekarang"
Mendengar itu winter spontan mendongak, menatap tak percaya pada Jaemin.
"Maksud lo?" Tanyanya tak mengerti.
Tapi bukannya langsung menjawab, jaemin justru menghembuskan nafas panjang dan memalingkan wajah untuk sejenak.
"Lo tau kan gue benci saat harus kontak fisik sama orang lain?"
Winter mengangguk untuk itu, ia tahu betul jaemin tidak nyaman jika tak sengaja melihat masa lalu mereka.
"Sayang nya gue lakuin itu waktu nepis tangan dia, gue kontak fisik sama kim janhee"
Winter memicing "maksud lo-waktu dia siram gue itu?"
"Tepat sekali, gue bahkan tau sama siapa dia ngelakuinnya"
"S-siapa?"
"Yang pasti orang yang sama sama gak suka sama kita"
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychometric • Jaemin (ft. Jeno Winter)
FanfictionIni tentang Jaemin, seorang remaja SMA dengan keahlian khususnya yang di sebut psychometric. Dengan indra perabanya, dia bisa melihat masa lalu seseorang hanya dari sebuah kontak fisik langsung. Ini tentang usahanya dalam mencari kebenaran, mengguna...