05

545 80 29
                                    

Ini beneran, dan ini fakta, baru kali ini jeno duduk berdua dengan seorang gadis dalam waktu yang cukup lama. Maksudnya benar benar hanya berdua dan tidak ada orang lain yang dia kenal.

Rasanya canggung sekali, Jeno jadi segan untuk melakukan apapun.

Jujur saja dalam hati ia tidak berhenti menyumpah serapahi nama adiknya, bisa bisanya anak itu serius dengan ucapannya. Ya, jaemin benar benar tidak datang untuk mengerjakan tugas kelompok yang mereka punya.

Jadi mau bagaimana lagi, ia juga tidak bisa berbuat apa apa, tadi saat bel pulang sekolah, Jeno kecolongan karena adiknya itu sudah pergi tanpa sempat ia tahan.

Maka disinilah dia sekarang, di cafe belajar dan berakhir mengerjakan berdua dengan winter.

Kalau boleh mengatakannya, Jeno cukup kagum sama winter, bukan apa apa dia sabar banget menghadapi jaemin yang bisa di bilang berbuat seenaknya itu. Meski sempat menggerutu, tetap saja pada akhirnya pasrah dan tidak di bahas lagi.

Melihat winter yang fokus mengerjakan tugasnya tanpa mengeluhkan tidak adanya jaemin, jeno jadi berfikir apa setiap kali ada tugas kelompok selalu seperti ini? Maksudnya, apa jaemin ikut membantu atau membiarkan winter mengerjakannya sendiri.

"Jadi gimana udah nemu? Kok malah bengong"

Lamunannya buyar seketika, Jeno segera mengalihkan pandangannya, menatap winter di yang duduk di depannya.

Ia meringis sembari menggaruk belakang kepalanya, canggung sekali.

"Sorry gue gak fokus, sampai mana kita tadi?"

"Dari tadi kita disini, gak kemana mana" dengkus winter membuat jeno terkekeh.

Entahlah kenapa melihat winter menggerutu malah membuatnya gemas, umh? Astaga ada apa dengan pikirannya.

"Gue tahu, maksudnya tinggal apanya yang harus kita cari?"

"Makanya jangan bengong mulu, gue udah pegel tahu... Pengen cepet pulang" dumal winter kemudian mengambil alih laptop di hadapan Jeno. Anak itu lantas mengetikan sesuatu sebelum akhirnya berseru senang.

"Ini dia, udah selesai tinggal print aja" katanya kemudian melakukan peregangan.

Jeno berakhir hanya mengangguk saja disertai sebuah cengiran, agak merasa bersalah karena sempat kehilangan fokusnya.

"Biar gue yang print"

Winter mengangguk, tubuh anak itu kemudian bergerak sedikit condong ke arah jeno "btw lo ikhlas gak kalau gue cantumin nama jaemin?" Tanyanya.

Jeno mengerjap.

"Um... terserah sih, gue ikut aja"

"Sorry ya, padahal jaemin gak bantu apa apa. Tapi gue lancang banget minta namanya di masukin" cicit gadis itu sembari kembali mundur.

Sejujurnya jeno tidak keberatan sama sekali, bahkan awalnya jeno juga ingin meminta hal yang sama pada winter, tapi udah keduluan.

"Btw, jaemin beneran gak akan dateng?" Tanyanya yang langsung di balas anggukan oleh lawan bicaranya.

"Dia harus kerja"

"JAEMIN KERJA?!" Pekik jeno tiba tiba, dan itu sukses membuat winter terperanjat kaget. Kedua mata bulatnya mengerjap kemudian mengangguk pelan.

"Reaksi lo?"

"Ah... Gue berlebihan ya, gue heran aja jaemin kan masih di bawah umur, emang ada yang nerima dia kerja?"

"Ouh... Itu, ada. Dia kerja di toserba temennya kakak gue"

Jeno akhirnya cuma mangut mangut ngerti, walaupun dalam hati ada rasa bersalah yang menjalar. Sebab Jeno tidak tahu selama ini bagaimana hidup adiknya itu, selama beberapa tahun kebelakang, jeno hidup dengan baik, ia tidak perlu memikirkan biaya sekolah ataupun biaya hidup lainnya. Sementara disini, Jaemin harus berjuang mencari uang untuk bisa bertahan hidup, jeno tahu bagi ukuran seusia jaemin ini memanglah sulit.

Psychometric • Jaemin (ft. Jeno Winter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang