25

253 54 9
                                    

"Oh udah tahu ya?"

Dengan kesadaran penuh dan begitu ringan, tangan Winter melayangkan pukulan pada belakang kepala Jaemin. Wajah gadis itu kentara sekali menahan kesal.

Jaemin yang mendapatkan kekerasan dadakan itu cuma bisa nyengir, tak merasa bersalah. Toh memang apa salahnya? Jaemin kan cuma gak cerita siapa Hana, bukankah itu hak nya? Ah ya sudahlah, dia lupa Winter itu kan kepoan.

"Situasi di rumahnya lagi gak aman, bokapnya lagi gila gilanya karena kalah judi. Jadi untuk sementara biarin dulu Hana tinggal sama kita" ungkapnya, kabar itu bukan dirinya lihat dari ingatan Hana, melainkan Rina yang bercerita waktu gadis itu berkunjung dan bermaksud menitipkan Hana padanya.

Jaemin tentu saja tak keberatan, lagi pula Jaemin kan kesalnya pada Yuri, sementara Hana tak tau apa apa, jadi jaemin cukup sadar diri untuk tak membuat Hana terkena imbasnya.

"Bu Yuri gak hadir lagi, kira kira kenapa ya?" Tahu tahu Jeno datang dengan nampan berisikan makan siangnya. Anak itu tadi gak bareng soalnya ke toilet dulu.

"Kenapa tuh jaem?" Winter melempar pertanyaannya pada Jaemin yang awalnya terlihat akan acuh.

Yang di tanya mengendikan bahu "sekarat kali" ungkapnya tanpa beban.

"Heh! Ngomongnya enteng banget, gimana kalau iya?!" Sewot Winter.

"Ya mana gue tahu, Rina gak bilang apa apa soal itu"

"Hah? Kok jadi Rina? Dia siapanya?" Serobot Jeno, kedua alis pemuda itu mengerut.

"Adeknya"

Barulah Jeno dan Winter mengangguk paham. Omong omong Jeno sudah tau lebih dulu jika Hana itu anak dari Yuri, Jaemin yang menceritakannya kemarin malam sebelum tidur.

"Gue kebelet" pamit Jaemin sambil beranjak dari duduknya dan terburu-buru melangkah karena ia betulan ingin kencing.

Tak butuh waktu lama untuk menuntaskan urusannya di toilet, Jaemin membawa langkahnya untuk kembali ke toilet. Di perjalanan ia kebetulan bertemu dengan perawat Hwang dari arah sebaliknya.

Awalnya dia akan acuh saja dan lanjut jalan, tapi wanita berstatus perawat sekaligus guru itu malah memanggil namanya, jadi mau gak mau Jaemin berhenti tepat di hadapan perawatan Hwang.

"kenapa?"

Mata wanita itu memicing, menatap Jaemin penuh selidik.

"Kemarin saya liat kamu waktu perjalanan pulang, kamu bener nyetir mobil?" Tanyanya lebih ke menuntut sih.

Jaemin sedikit terkejut, tapi ia cepat menyembunyikan raut terkejutnya itu. Anak itu balas menatap perawat Hwang dengan mata memicing  pula, meniru wanita di hadapan nya ini.

"Saya juga pernah liat perawat Hwang, waktu laporan soal saya pada pria bernama donghae, benar?"

Kali ini gantian perawat Hwang yang terkejut, wanita itu membelalakkan matanya tak mengira jika Jaemin tau hal itu. Ia memalingkan muka, gelagapan.

"A-apa maksud kamu? S-siapa Donghae?" Elaknya terbata.

Seringai di wajah Jaemin muncul,  kedua tangannya di lipat di dada, merasa puas dengan penglihatannya, ya meskipun saat itu jaemin hanya melihat sekilas. Tapi  dengan respon perawat Hwang sekarang, Jaemin yakin tak salah mengira.

"Gak perlu ngelak, perawat Hwang. Saya gak akan apa apa kok, tapi biar apa sih ngawasin saya begitu terus di laporin ke papa saya?"

Ingat waktu kaki Jaemin keseleo dan perawat Hwang mengobatinya? Saat itulah Jaemin melihat ingatan perawat Hwang yang tengah berbicara dengan Donghae.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Psychometric • Jaemin (ft. Jeno Winter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang