59. Terbongkar

780 30 5
                                    

Lebih kejam dari pshycopath, hanya saja ia menghancurkan nyawa orang lain demi menjaga imagenya sendiri.

Warning 21+

Caca bersender dikaca mobil, ia menatap kosong diluar jendela yang saat ini hujan sedang lebat. Seperti dia saat ini, hatinya sedang hancur berkeping-keping. Ia menangis dalam diam, merasakan sakitnya luar biasa.

Ucapannya tidak terkendalikan saat berhadapan dengan pria masa lalunya. Caca merasa dirinya sudah menyakitinya, namun takdir benar-benar diluar kendali. Ia pun tidak menyangka bahwa pria yang bersamanya itu menghancurkan hidupnya.

Satu tetes air mata mengalir seketika, ia menangis lagi mengingat kebaikan Algi padanya.

"Ca, sadarlah. Bukankah ini yang kau mau? Apalagi yang perlu disalahkan? Ini sudah benar, dia pantas menerima kenyataan ini." -lagi dan lagi ia menyalahkan dirinya sendiri.

"Are you okay?" tanya Steven. Namun, gadis itu tetap diam tanpa menatap Steven.

Steven yang sedari tadi menyetir mobil pun tampak begitu gelisah. Ia menatap Caca yang sedang menahan tangisnya.

"Jangan ditahan, menangis lah sekarang. Kamu boleh menangis sepuasmu, setidaknya rasa sakitmu sedikit meredah."

Perkataan Steven membuatnya tidak tahan untuk tidak menangis. Saat ini ia meluapkan kekecewaannya dengan menangis.

Steven memarkirkan mobilnya ditepi jalan, ia langsung memeluk Caca, berusaha menenangkannya. Steven tidak bisa melihat Caca menangis seperti ini.

Caca menangis didalam pelukan Steven. Steven mengelus rambutnya, berusaha menenangkan gadisnya ini. Walaupun ia tahu bahwa gadis yang dicintainya ini masih mencintai masa lalunya, Steven tidak ingin memaksa perasaannya, ia hanya bisa menunggu sampai Caca benar-benar mencintainya.

***

Sesampainya dirumah, Algi dengan langkah lemas menghampiri bokapnya yang sedang duduk santai didepan tv. Matanya seketika sendu melihat ayah yang sangat sayang padanya ternyata melakukan hal yang membuatnya tidak menyangka.

Algi seketika menangis, Hardi yang sedari tadi hanya fokus dengan menonton televisi, mengarah pandangannya ke arah putranya.

"Hey soon, kemarilah." sahut Hardi.

Hardi melihat penampilan putranya sangat kacau, ia melihat Algi menangis. Hardi langsung bergegas menghampiri putranya.

"Hey, kau kenapa, nak? Kenapa menangis?" tanya Hardi.

Algi menggeleng pelan, ia tidak bisa berkata apa-apa pada bokapnya.

Hardi meraih pundak putranya, namun Algi langsung menjauh. Hardi merasa anaknya sedang tidak baik-baik saja.

"Ada apa denganmu? Jika kau mempunyai masalah, cerita saja sama papah, papah akan mendengarnya."

"Kenapa papah ngelakuin hal sekeji itu? Kenapa papah membunuh seseorang yang tidak bersalah?" sungguh, sangat berat untuk mengatakannya.

Deg.

Hardi seketika terdiam. Sudah ia duga, sesuatu hal yang selama ini ia rahasiakan bertahun-tahun pun akan terbongkar. Apapun yang terjadi, Hardi sudah menyiapkannya dari awal dan menerimanya.

ALGIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang