*10*

125 30 2
                                    

Arka dan Arcilla sudah bersiap di depan rumah degan motor bebek tahun 2019 milik Yoga sebagai tunggangannya. Arcilla sudah memegang kendali kemudi. Arka duduk di belakangnya. Jantung Arcilla berdetak kencang. Bukan karena Arka ada di belakangnya tapi Arcilla bingung bagaimana cara menjalankan motornya.

"masukin gigi 1 dulu baru elo gas. Tapi jangan langsung kenceng pelan dulu." Begitu instruksi Arka di belakangnya. Arcilla mengangguk paham, keringat dari dahinya sudah bercucuran.

Gigi sudah masuk, saat nya Arcilla menarik gas pelan. Sangking pelannya malah motor oleng ke kanan dan ke kiri.

"jangan pelan banget, tambah dikit gasnya." Arka coba menyeimbangi. Arcilla coba menambah kecepatan. Akhirnya motor bisa berjalan. Arcilla juga bisa menyeimbangi, sudah stabil.

"sekarang masukin gigi 2. Komplingnya yang depan injek lagi, tapi kendorin gas." Perintah Arka.

Arcilla coba mengikuti, tapi motor agak sedikit ngeden. Wajar pikir Arka.

Kali ini Arcilla sudah dilepas Arka, dia disuruh sendiri mengendari motornya. Muter komplek saja, Arka mendampinginya dengan motornya sendiri. Kalau ada yang tanya kemana Yoga, dia sepenuhnya menyerahkan ke Arka.

"Ga, udah lumayan kan gue?" akhirnya Arcilla dan Arka istirahat di teras rumah. Sambil meminum es jeruk yang disajikan Bibi.

"lumayan sih. Besok coba bawa keluar komplek." Arka angguk-angguk, Arcilla senang.

"Cil, tapi kalo di jalan beda loh. Karena banyak kendaraan, elo juga harus bisa nyelip antara mobil. Belom jalanan sempit lagi." Arcilla menelan ludah, benar juga. Belum lagi ditambah cerita Melia waktu itu yang menabrak tukang ketoprak dari arah berlawanan. Jadi ceritanya Melia ingin menyalip mobil, dia ambil kanan tapi tidak disangka ada gerobak ketoprak yang ingin menyebrang. Karena panik, Melia bukannya menginjak rem malah meng-gas. Alhasil dia harus ganti rugi.

"makanya kan gue bilang, udah sama gue aja kenapa sih?"

"gue mau mandiri Ga, lagian pelan-pelan aja belajarnya. Nanti di jalan gue juga jalannya pelan aja." Arcilla mengambil kue pukis yang baru diantarkan lagi oleh Bibinya.

"pelan mau di klaksonin orang Cil?!"

"ya terus gimana? Ngebut salah, pelan salah?!" Arcilla menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"ya pake feeling bawanya."

"iya deh iya pake feeling." Tadinya Arcilla ingin membantah, tapi kalau dibantah yang ada Arka malah melarangnya lagi.

"balik sono Ga, dicariin tante Gista nanti."

"gak sopan!!!" Arka mendorong dahi Arcilla.

"gitu ya habis manis sepah dibuang gue."

"ututututuuuu...bukan gitu Aga, kasian elo capek abis ngajarin gue. Panas-panasan pula. Sana gih istirahat, pulang."

"bentar lagi aja, gue di rumah ngapain. Belajar udah gak." Ujian SMBPTN memang sudah dilaksanakan 4 hari lalu. Untuk anak-anak kelas 12 memang hari-hari diisi dengan kegabutan.

Padahal Arcilla sudah gerah, dia ingin mandi lalu merebahkan diri di Kasur empuk kesayangannya. Tapi Arka sepertinya masih betah di rumahnya.

"Ga, kalo gak keterima di UI gimana?" Arka menoleh.

"gak usah mikir yang belum kejadian." Sahut Arka.

"gue ngomongin kemungkinan. Kan setiap hal ada banyak kemungkinan." Jawab Arcilla.

"sampe saat ini gue yakin keterima, gue yakin juga elo dan temen-temen semua keterima kok."

"jangan takabur!" ucap Arcilla.

FREUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang