*36*

152 31 20
                                    

Sudah lebih dari 20 kali kata 'goblok' keluar dari mulut Bima. Puas sekali dirinya. Arka yang terduduk lemas hanya pasrah. Dia tidak menyangkal memang dirinya sebodoh itu.

"Kalo Alex sama Adnan tau, bukan goblok lagi yang keluar dari mulut mereka..." Kalimat pamungkas dari Bima.

"Gue pantes kok elo katain goblok Bim." Arka meluruh.

"Tapi gue sekarang gak bisa apa-apa."

Bima menegakan duduknya. Tidak bisa apa-apa?

"Elo bukan gak bisa apa-apa Ka. Tapi elo gak mau. Elo gak mau berbuat apa-apa. Elo pasrah!" Bima menyesap kopi buatan Mamanya.

"Bim, kalo elo jadi gue pasti akan ngelakuin hal yang sama... Gak mungkin gue ujug-ujug bilang sama Naila kalo gue cintanya sama Cilla. Sedangkan Naila udah berkorban banyak."

"Lagi pula hubungan pertemanan gue sama Nadya bisa renggang."

Bima menimang-nimang apa yang baiknya dilakukan.

"Bim, elo tau... Naila sampe ngelawan orang tuanya buat ngebela gue. Beberapa kali gue anter-jemput Naila ke rumahnya bokap dia sinis banget dan pada akhirnya beberapa waktu kebelakang bokapnya udah mulai nerima gue."

Arka memejamkan matanya.

"Belum lagi mantannya itu. Dia masih gak terima diputusin dan hubungan mereka jadi gak baik. Hubungan keluarga mereka juga gak baik jadinya. Mereka punya hubungan bisnis juga. kebayang gak lo kacaunya..AAARRGGGHHHH... GUE PUSING! ANJIIINGG!!!"

"Terus jadi elo ngorbanin Arci? Elo ngorbanin perasaan elo juga?" Bima sedikit simpati melihat masalah yang semakin rumit.

"Gue bisa apa lagi Bim? Gue Cuma bisa nyesel, nyesel karena terlambat... semuanya terlambat."

"Jadi elo mau ngelepasin Arci?" Arka melirik sinis Bima tidak terima.

"Gue sayang banget sama dia..." tatapan mata Arka berubah sendu. Dia sadar tidak bisa memperjuangkan perasaannya ke Arcilla.

"Tapi jangan jadi cowok egois Ka... Kalo elo emang milih Naila, lepasin Arci. Biar dia cari kebahagiannya sendiri." Arka menangkup lututnya lalu membenamkan wajahnya. Dia menangis.

Bima paham, sahabatnya sedang serapuh itu.

"Gue gak akan kuat..." suaranya pelan.

Bima pun bingung. Memang Arka harus mempunyai keberanian besar bila ingin memperjuangkan perasaannya ke Arcilla. Biar bagaimanapun perasaan Naila juga penting. Setelah selama ini dibuat Arka terbang jauh tinggi mana mungkin Arka akan mendorong kuat Naila jatuh kembali ke Bumi.

"Ka...sori tadi gue udah goblok-goblokin elo. Pesen gue kalo emang elo mau coba sama Naila ya udah kalian jalanin dengan sebaiknya. Kalau elo masih gak bisa, mungkin saatnya elo berbalik arah karena tujuan elo bukan dia."

Arka masih membenamkan wajahnya di kedua lututnya sambil bahunya naik turun. Bima paham, sahabatnya ini sedang menangis.

***

"Nad, emang gapapa gue ikut gitu?" Arcilla, Nadia, Ambar dan Melia sedang duduk manis di sebuah café Kawasan Kemang hanya untuk hang out. Sengaja mereka tidak mengundang Bima CS

"Ya gapapa lah, kan ngajak juga Mas Bagas...Ciyeeee Arciiiii..." Nadya malah menggoda Arcilla.

Jadi hari Minggu ini ada pernikahan sepupu Nadya di Jakarta dan tentu saja keluarga di Yogya akan datang.

Bagas dengan ide cemerlangnya mengajak Arcilla menghadiri pernikahan sepupunya ini.

"Ciyeeee Arciiii... Lumayan Ci makan gratis." Melia ikut menggoda. Tapi Arcilla ragu. Bagas dan dirinya masih sebatas teman, apa tidak apa-apa kalau ikut acara keluarga begini.

FREUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang