*45*

177 35 11
                                    

Akhirnya Arcilla menuruti saran Adnan dan kawan-kawan untuk mengadakan farewell. Kali ini dia berencana untuk menginap saja 1 malam di puncak meminjam villa keluarga dari Papanya.

Ketujuh sahabat Arcilla sudah berkumpul di rumahnya. Walaupun hanya menginap semalam tapi bawaan mereka termasuk banyak. Terutama untuk bahan makanan. Mereka berencana akan mengadakan barbeque malam hari, jadi daging sapi, daging ayam, sosis, bakso, jamur, kentang dan masih banyak lagi sudah berada di 3 kantong plastik besar.

"Ci, gue bawa snack banyak nih tadi malem belanja sama Ambar." Bima menyerahkan 2 kantong berisi snack dan minuman ringan.

"Cilla... ini titipan bunda. Dibikinin risol ragut sama martabak telur buat bekal di jalan katanya." Arka juga menyerahkan 1 kantong plastic dan diterima Arcilla seraya mengucapkan terima kasih.

"Nan gitar lo masukin bagasi gue aja, tuh masih kosong." Perintah Alex, melihat Adnan sedari tadi menenteng gitar.

Mereka berangkat dengan 2 mobil. Mobil Arka dan Alex. Setelah kelompok dibagi 2 mereka bersiap meluncur. Di mobil pertama Arka sebagai supir dan di kursi penumpang ada Bima, sedangkan Arcilla dan Ambar duduk di kursi belakang.

Kalau di mobil Alex, Nadya sudah duduk anteng di kursi depan penumpang serta Adnan dan Melia duduk di kursi belakang.

Jam sudah menunjukan pukul 07.00. Mereka sengaja jalan pagi untuk menghindari macet di daerah Puncak.

Arka membuka kaca jendela mobil, diikuti Alex.

"Lex, gue di depan ya. Itu makanan udah dibagi 2 sama Melia." Alex mengangguk.

"Ka, paling nanti gue isi bensin di rest area tol ya." Arka memberikan jempol.

Arcilla membuka jendela juga.

"Nad, elo jangan tidur di depan. Nanti kalo Alex kehilangan jejak gak ada yg ngeh." Nadya  memang termasuk orang gampang tidur.

"yaah gue udah ngantuk, ya udah Nan elo ke depan deh, tukeran kita." Mendengarnya Alex merajuk. Juga Adnan karena dia ingin di dekat Melia.

"Ah elaaaah Nad, kagak bisa liat orang seneng aja lu." Adnan terpaksa berpindah ke kursi depan sambil menggerutu.

"Sayang ih, padahal aku pengen pegang tangan kamu." Alex ikut menggerutu.

"Eh sempaknya Mail, gue denger ya." Sergah Melia. "Enak aja lo pacaran! Disini ada orang!"

"Yeeee...iri! Sana lo gandengan sama Adnan." Seru Alex.

"Dihh..ogah!"

Setelah adu mulutnya dengan Melia, Alex melajukan mobilnya di belakang Arka.

Sedangkan di mobil SUV milik Arka, Arcilla sibuk dengan ponselnya. Dia sedang membalas pesan dari Bagas.

"Ci, chat sama siapa sih lo? Sibuk bener." Ambar yang merasa dicuekin pun protes.

"eh?..oh ini Cuma bales chatnya mas Bagas." Ucap Arcilla dengan santai tanpa sadar membuat Arka melirik dari kaca tengah. Memang kaca itu langsung menuju ke Arcilla.

"Coba elo ajak aja mas Bagas, Ci." Bima ikut menimbrung, tapi lebih tepatnya coba membuat suasana teman di sampingnya gerah.

"Gak lah... Dia udah kerja sekarang."

"Loh udah kerja? Wuuiihh keren! Tunggu apa lagi dong?!" Bima melirik ke arah Arka yang menampilkan mimik datar. Walaupun tidak begitu terlihat karena Arka menggunakan topi dan kacamata hitam.

"Tunggu apa?" tanya Arcilla.

"Nikah lah!" serobot Ambar. Arka coba mengendalikan emosi dan diri, dia tidak mau mengikuti arah pembicaraan yang tidak penting ini. Karena jalan tol masih sepi Arka malah menambah kecepatannya.

FREUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang