*29*

131 30 49
                                    

Sesampainya di rumah Arka benar-benar kacau. Bukan hanya memikirkan permintaan Naila untuk menjauhinya, ditambah lagi ini karena Arcilla yang menyebabkan kekacauan ini pikirnya.

Sebenarnya beberapa kali Naila sudah meminta untuk menjauhinya, tapi Arka merasa dirinya akan 'kalah' kalau sampai Naila tidak menerima cintanya. Dia tidak mau Naila pergi lagi dari hidupnya.

Ponsel Arka lagi-lagi bergetar. Naila yang sudah menyiriminya pesan dan puluhan kali menelpon Arka masih saja dia diamkan.

Melihat layar ponsel yang terus menyala akhirnya Arka mengangkat telponnya.

"Halo Ka." Suara Naila terdengar ada kelegaan.

"Kamu gapapa Ka?"

"aku kenapa-kenapa. Aku emosi."

"Ka...kamu gak ribut sama Arci kan?" Emosi Arka kembali naik.

"Aku ribut sama dia.."

"Ka.."

"Aku gak suka ada yang ngerecokin hubungan kita!" Naila mengalah sebentar mendengar luapan hati Arka.

"Dia kan yang nyuruh aku jauhin kamu? Nai...dia punya niat terselubung." Perkataan Arka sangat ketus. Apa jadinya kalau Arcilla sampai mendengarnya?!

"Ka...aku boleh jelasin sesuatu?" Naila coba merendah.

"jelasin apa? Kamu mau belain dia?" semprot Arka.

"enggak. Aku bukan mau belain dia. Tapi aku mau kamu tau kejadian tadi sebenarnya seperti apa." Mendengar Naila bicara dengan tenang, menyurutkan emosi Arka.

"Ya udah kamu jelasin."

"Jadi gini. Aku sama dia emang gak sengaja ketemu. Kita tadi juga ngobrolin macem-macem tentang kuliah, tadi juga dia cerita lagi mau nugas, terus juga mas Bagas..."

"Kenapa Bagas?" Kalimat Naila terpotong.

"Ya ada deh ini gak penting. Yang penting aku mau jelasin dulu. Kamu diem aja."

"Iya." Arka ingin tahu tentang Bagas, hanya dia tahan dulu.

"Terus aku nanya pandangan Arci tentang hubungan kita. Aku yang maksa. Arci udah nolak, keliatan banget dia gak mau ikut campur urusan orang Ka..." Arka masih mendengarkan lamat.

"Dia Cuma nanya aku hatinya untuk siapa, dan aku jawab ya buat cowok aku. Dan aku akhirnya menyimpulkan kalo aku kali ini harus beneran jaga jarak sama kamu."

Mendengar penjelasan Naila membuat Arka lemas. Di satu sisi dia sudah menuduh Arcilla dan di sisi lain Naila sudah menentukan pilihannya. Apa kali ini lagi-lagi dia akan kehilangan peri cantiknya?

"Ka?" Naila memanggil Arka karena tidak ada respon dari lawan bicaranya.

"Nai...apa aku udah gak ada kesempatan lagi?" Arka memelas.

Naila menghela napas kasar. Sebenarnya dia belum yakin akan keputusannya. Dia suka dengan keberadaan Arka. Dia nyaman. Tapi Naila tahu ini salah.

"Arka..."

"Nai...kamu pikirin dulu dong. Kamu tau gimana perasaan aku ke kamu Nai. Aku udah nunggu kamu lama banget dan sekarang kamu mau pergi lagi dari aku?"

Naila sungguh tidak tega mendengar kalimat yang keluar dari mulu Arka dengan nada sedihnya.

"Ka..kalo gitu kasih aku waktu."

"Waktu?"

"Aku akan pikirin hubungan kita bertiga. Aku ijin mau keluar kota juga, selain liburan sama keluarga nanti aku akan ke Lampung nemuin cowok aku. Aku mau pastiin perasaanku. Tapi aku gak bisa janjiin hal baik untuk hubungan kita ya." Ada secercah harapan untuk Arka. Dengan Naila mempertimbangkan keberadaannya itu sudah membuktikan bahwa Naila sudah menyimpan suatu rasa ke Arka.

FREUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang