*31*

141 35 55
                                    

Bima rasanya ingin membekap mulut Arka yang sedari tadi mengoceh tidak jelas. Mengomel. Mengumpat. Sakit kepala rasanya Bima.

"Elo kalo gak bisa diem gue tinggal beneran ya Ka?!" Ancam Bima berancang-ancang berdiri.

Arka masih saja berjalan mondar-mandir di kamarnya. Duduk di tepi Kasur, berdiri, berjalan menuju pintu, balik lagi. Tentu membuat Bima pusing. Mana Adnan dan Alex belum juga datang.

Mereka memang berencana menginap di rumah Arka. Akhir-akhir ini keempat sekawan ini sering menginap bergantian. Dalam rangka apa? Dalam rangka bermain game online sampai pagi. Mumpung sedang libur juga.

"Serius Ka! Gue balik aja deh." Arka menoleh menatap Bima yang sudah menggendong tas nya, langsung saja Arka tahan.

"Yailaaah Bim gitu aja ngambek..." Bima mendudukan lagi bokongnya di Kasur empuk Arka.

"Gue pusing ngeliat elo bolak-balik, ngomel."

"harusnya gue yang pusing Bim. Si Cilla belom bisa dihubungi daritadi. Gue chat gak dibaca, gue telpon gak diangkat. Ck...dia lagi pergi sama Bagas tuh, sialan!" Lagi, Arka mengomel.

"Elo ngapain lagi gangguin Arci lagi jalan sama Bagas?" Arka melotot mendengar pertanyaan Bima.

"Maksud lo?"

"Ya elo ngapain nelponin dia, ngechat dia? Orang dia lagi jalan sama Bagas.." Jawab Bima santai.

"Ini udah malem Bim.." Bima melihat jam di tangannya. Masih pukul 19.46 lalu menggeleng tidak paham dengan Arka yang sekarang masih saja mengenggam ponselnya sambil sesekali mencoba menelpon Arcilla.

"Sahabatan kok bucin." Lirih Bima pelan.

"Ngomong apa lo?" Bima tidak menanggapi, bersamaan dengan itu pintu kamar Arka terbuka dan masuklah 2 orang yang ditunggu juga.

"Wooiiii kenapa lo Ka, nungguin kita banget? Sampe nyambut kita di depan pintu gini..." Adnan kaget medapati Arka yang berdiri di depan pintu.

"Ck..berisik lo!"

"Dih sewot.. ngapain sih Bim?" Adnan dan Alex sudah duduk di karpet bawah dan membuka toples-toples yang sudah diisi berbagai cemilan.

"Bucin..." Arka kali ini tidak menanggapi. Alex mengkode mata ke Bima bertanya ada apa.

"Arci kan lagi ke Yogya, dia bingung gak bisa hubungin. Katanya Arci lagi jalan sama Bagas." Bima ikut duduk di bawah.

"Oooh..gue denger sih dari Nadya, si Bagas itu emang kayaknya lagi ngedeketin Arci." Tanpa dosa Alex menanggapi Bima dan membuat Arka tambah senewen.

"Sialan!" Arka membanting ponselnya ke Kasur.

"waaahh siniin hape lo kalo udah gak sayang. Main banting aja lo!" Adnan mencoba menyelamatkan ponsel Arka ditangannya.

Tiba-tiba ponsel Arka berdering. Buru-buru Arka merebut dari tangan Adnan. Tapi seketika melihat nama di layar Arka kembali lemas. Lagi, ponsel itu melayang di Kasur.

Adnan kembali mengambil ponsel Arka. Naila.

"Ka...ini Naila, gak elo angkat?" Adnan bingung.

"Ck, biarin aja."

"Kenapa?" Adnan bertanya ke Bima pelan, dan dia hanya mengangkat bahunya.

"Woi ini Naila telpon lagi, angkat dulu lah Ka..."

"Biarin aja lah!" Muka Arka masih ditekuk. Dia sungguh tidak mood.

"Dia nunggu telponnya Arci bukan Naila." Bima bersuara. Sedangkan Alex dan Adnan membolakan mata sambil menutup mulutnya terkejut.

FREUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang