Luapan

137 17 0
                                    

Nata merebahkan tubunya di atas kasur dan menutupi wajahnya dengan bantal. Dibalik bantal itu, dirinya menumpahkan genangan air matanya yang sejak tadi ia tahan. Gadis itu benar-benar menangis hingga tubunya ikut bergetar. Hatinya kini terasa sakit sekali. Entah mengapa hari ini sikap Jeno sukses membuat dirinya kesal, marah dan sedih secara bersamaan.

'Drtttt... Drtttt...'  sejak tadi ponsel Nata terus bergetar namun tak ada satu panggilan pun yang ia jawab.

Nata terus menangis hingga tanpa sadar, seseorang tengah membuka pintu sandi apartment nya dan masuk.

'Tok tok...'

"Keluar, gue mau ngomong sama lo." Ujar Jeno dengan nada bicara yang terlihat tenang, namun menakutkan.

Nata tak menggubris kehadiran Jeno. Gadis itu kini malah menutupi seluruh tubuhya dengan selimut sambil mencoba menenangkan emosi nya.

'Tok tok...' Jeno kembali mengetuk pintu kamar Nata.

"Keluar Nat, jangan kayak anak kecil gini deh. Lo tuh udah gede."

Tak selang beberapa lama setelah Jeno mengatakan hal itu, Nata pun membuka pintu nya dan menampakkan wajah marahnya.

"Siapa juga yang bilang gue masih kecil hah?" Ujar Nata dengan nada bicara yang terlihat tak suka.

"Lo nangis?" Tanya Jeno saat menyadari mata Nata yang terlihat sembab.

"Bukan urusan lo."

"Lo tuh kenapa sih Nat? Kalau gue ada salah tuh ngomong, bukannya malah main kabur-kaburan kayak gini. Kenapa lo jadi childish gini sih!"

Lagi dan lagi, Nata tertohok dengan ucapan Jeno itu. "Gue? Childish?"

Jeno menghela nafasnya kasar. Lelaki itu mengusap wajahnya dengan kasar. "Lo kenapa sih hah?! Lo marah gara-gara Karina dilamar sama Jake, iya?!"

"Lo ngapain jadi bawa-bawa Karina?"

"Lo pikir gue ga dengerin pembicaraan kalian tadi hah?! Gue denger semua Nat! Gue juga denger saat lo ngomong kalau gue ga jelas!"

"Faktanya emang gitu kan Jen?! Lo emang ga jelas. Dari awal lo emang ga ada niatan buat serius sama gue. Gue juga mau kayak cewek-cewek yang lain Jen, yang hubungannya udah jelas mau dibawa kemana."

Jeno memejamkan matanya sesaat sebelum kembali menatap Nata. "Sifat lo yang kayak gini yang bikin gue ragu buat nikahin lo."

Nata menegak salivanya kasar mendegar penuturan Jeno itu.

"Gue pernah bilang kalau gue ga akan nikahin lo kalau kita emang belum siap. Dan sekarang itu terbukti, lo belum siap buat itu." Lanjut Jeno.

Saat ini Nata mencoba menahan air matanya agar tidak tumpah.

"Jangan karena Karina dilamar sama Jake, lo jadi ngerasa tersaingi buat ikut-ikutan kayak gitu."

"Lo kenapa jadi kayak gini sih Jen?" Kini Nata menatap Jeno dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Kenapa lo berbuah jadi kayak orang yang ga gue kenal? Kenapa setiap kata yang keluar dari mulut lo selalu nyakitin perasaan gue?" Lanjut Nata.

"Kalau kayak gini terus gue juga ga bisa Jen. Dari awal kita emang punya tujuan yang beda."

"Nat..."

"Buat sementara waktu kita ga usah ketemu dulu. Kita introspeksi diri kita masing-masing." Setelah mengucapkan hal itu, Nata pun kembali memasuki kamarnya dan mengunci pintu kamar.

"Nat..."

Jeno meremat kedua tangannya menyalurkan perasaannya yang kini campur aduk.

"Oke kalau itu yang lo mau. Gue pamit dulu." Jeno pun mulai melangkahkan kakinya meninggalkan apartemen Nata.

Hello My Last...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang