Tiga hari telah berlalu. Proses pemakaman Jisung juga baru saja selesai. Jenazah Jisung sudah dikremasi dan abunya disimpan di tempat memorial penyimpanan abu. Selama tiga hari itu, Renjun selalu berada di sisi Eunhyuk. Terkadang, Haechan dan Jeno bergantian untuk menemani mereka selama di rumah duka.
Kini mereka semua sudah keluar dari tempat penyimpanan abu menuju ke parkiran untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Om, Chenle sama Ningning pulang dulu ya. Om yang sabar. Jisung udah tenang disana." Ujar Chenle berpamitan.
"Iya. Makasih ya. Om juga mau bilang terimakasih sama kalian semua karena selama ini, kalian sudah mau menjadi sahabat yang baik buat Jisung. Terima kasih ya..." kini Eunhyuk menatap wajah sahabat-sahabat mendiang anaknya satu persatu.
"Kita ga akan pernah lupain Jisung om. Gimanapun juga, Jisung udah kita anggap kayak keluarga kita sendiri. Termasuk om Eunhyuk juga. Jadi Jeno harap, kalau om lagi kesusahan atau butuh sesuatu, om bisa bilang ke kita semua." Ujar Jeno tulus.
Eunhyuk tersenyum mendengar itu. "Iya... makasih ya... kalau gitu, om pamit pulang dulu. Om harus beresin barang-barang Jisung."
"Biar Renjun bantu om."
"Ga usah. Kamu istirahat aja. Kamu kan baru pulang dari Jepang dan belum istirahat sama sekali. Om gapapa kok."
Eunhyuk pun mulai melangkahkan kakinya meninggalkan mereka dengan langkah yang lesu.
"Gue duluan ya guys, Ningning harus banyak istirahat." Ujar Chenle sambil merangkul sang istri.
"Iya Le, makasih ya. Ningning, makasih." Ujar Karina sambil tersenyum.
Chenle dan Ningning pun juga mulai pergi meninggalkan sahabat-sahabatnya yang saat ini masih berdiri di depan tempat penyimpanan abu. Kini terdengar dengan jelas helaan nafas berat dari mereka semua. Usai proses pemakaman selesai, rasanya seperti ada hal yang hilang. Rasanya enggan sekali mereka beranjak dan pulang. Bayang-bayang Jisung semasa dulu mulai terlintas dibenak mereka.
"Hahhh... Rasanya kayak masih mimpi. Perasaan baru aja kemaren kita nontonin dia lomba." Ujar Haechan sambil menatap langit yang kini nampak mendung.
"Hmm... rasanya kayak dia masih ada disini. Ngeliatin kita sambil senyum-senyum ga jelas. Haha..." ujar Nata yang kini kembali mengingat tingkah random Jisung.
"Jisung... selama ini cuman dia yang paling bener diantara kita. Dia, ga pernah berani ikut balapan motor gara-gara dia ga mau tangannya cedera. Dia juga selama ini ga pernah mau coba ngerokok cuman gara-gara dia ga mau paru-paru dia jadi rusak dan ngehambat karir dia jadi atlet renang. Tapi apa, pada akhirnya... apa yang selama ini dia jaga adalah alasan dia pergi." Kini air mata Renjun kembali membendung.
"Gue... sebagai orang yang selama ini selalu nemenin dia ngejar impiannya itu masih ga percaya kalau pada akhirnya, anak yang ga pernah ingin tahu luasnya dunia itu harus berakhir kayak gini. Selama ini yang dia tau cuman kehidupan di kolam, nyelem di air. Eh, ternyata milih mati juga di air." Lanjut Renjun dengan suara bergetar.
Nata yang berdiri di samping Renjun itupun mulai mengelus pundak lelaki itu halus. "Kita semua baru pertama kali hidup di dunia ini Njun. Kita semua masih meraba-raba akan dunia ini seperti apa. Jadi... gapapa kalau kita ngelakuin sebuah kesalahan."
"Kita udah kehilangan Jaemin dan Jisung. Dan mereka berdua sama-sama nyimpen masalah mereka berdua sendiri. Gue harap, kita semua yang tersisa disini bisa ngambil pelajaran dari ini semua. Gue harap, ga akan ada lagi Jisung ke dua diantara kita. Cukup satu jadian." Lanjut gadis itu.
"Wahh... ternyata adek gue udah gede ya." Ujar Jake yang sejak tadi mengikuti proses pemakaman Jisung itu.
Nata pun hanya menanggapi kakak tirinya itu dengan senyuman. Sedangkan Jeno, lelaki itu kini menatap Nata dengan pandangan yang sulit diartikan. Sejak awal dirumah duka hingga proses pemakaman selesai, dirinya dan Nata belum mengobrol sama sekali. Mereka hanya menatap dalam diam, tanpa ada ucap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Last...
FanficSequel dari Bye My First... Jeno pernah bertanya pada Nata, apakah setelah dewasa nanti, mereka akan lebih sering menangis dan terluka? Sebuah pertanyaan yang dulu dilontarkan oleh seorang remaja berusia 18 tahun itu pada akhirnya mendapatkan jawab...