6

13.7K 1.9K 98
                                    

Braakk.....

"Siapa kalian membuat saya menunggu?!." Sunghoon menendang kursi disampingnya.

Jake yang berdiri paling belakang para karyawan yang sedang Sunghoon marahi memungut semua kertas yang berserakan dilantai.

Pandangan mata mereka bertemu, kemudian Sunghoon mendengus melihat Jake.

"Kalian keluar saya beri waktu sampai lusa, atau saya pecat, dan Shim biarkan mereka yang membereskannya."

Diam-diam para karyawan itu menghela nafas lega.

"Terima kasih, Jake." Bisik salah dari mereka saat berada di samping Jake.

Sunghoon menatap datar sekretaris cantik-nya itu, dia bertanya pada diri sendiri mengapa Jake begitu memengaruhi dirinya.

Bahkan tadi di perjalanan Sunghoon yang biasanya suka mengomeli orang, dapat omelan sayang dari Jake karena perkataannya Jake hampir menabrak mobil ke pembatas jalan.

"Pak mau kopi?." Yang ditanya menggeleng.

"Saya gak ngantuk." Jake berdecak kesal, memangnya minum kopi harus ngantuk dulu?.

"Kan bisa aja bapak haus, habis marah-marah."

Sunghoon memejamkan matanya, dan Jake menghampiri boss-nya itu lalu berdiri dibelakang Sunghoon.

"Hah....."

Pijatan lembut pada kepala Sunghoon membuatnya merasa ringan, Jake memijat penuh hati-hati takut salah malah mengundang masalah.

"Iya begitu." Sunghoon mengarahkan tangan kanan Jake untuk memijat ujung keningnya.

"Shim saya mak- akkh..... sakit." Telinganya kena tarik Jake.

"Diam pak, jangan ngomong yang aneh-aneh gak baik buat jantung saya." Pipi Jake memerah.

Perlakuan dan kata-kata Sunghoon seperti memberikan Jake harapan, dan itu yang membuat Jake takut, bagaimana kalau boss-nya ini hanya bercanda?.

Sunghoon tergelak sambil mengarahkan tangan pria cantik itu kewajahnya, dan mengusap punggung tangan Jake lembut.

"Kamu pikir jantung kamu saja yang gak baik, saya juga."

Baru ingin menarik tangannya Sunghoon lebih dulu menahan kuat.

"Apa kata-kata saya?, kalau kamu mau saya siap kok."

Jake menahan nafas, ada apa sih sama boss-nya ini dari tadi suka aneh-aneh, dia jadi bingung mau bagaimana.

Kalau boleh jujur setiap kata-kata yang Sunghoon keluarkan perlu berhari-hari bagi Jake untuk menghilangkan supaya tidak membekas di pikirannya.

"Sudah pak, saya capek dengernya lanjut kerja aja." Buru-buru Jake keluar ruangan Sunghoon.

.

Pekerjaan selesai Jake merapikan barangnya lalu menyusun rapi semua yang ada di meja kerjanya, dan tinggal menunggu Sunghoon pulang.

Tok tok tok

"Masuk." Jake heran siapa yang mengetuk pintu apa lagi ini sudah jam pulang.

"Permisi by." Wanita cantik ber-make up tebal menyapa Jake dengan centil.

Seketika wajah Jake masam melihat wajah wanita itu, pasti ada maunya datang kesini, Jake terlalu hapal kebiasaan wanita itu.

"Baby aku perlu bantuan." Jake menggeleng tanda tidak mau.

"Kamu tidak mau membantu kekasihmu ini?!."

"Kekasih?." Sunghoon yang berada di ambang pintu mengeraskan rahangnya.

Jake membelalak kaget namun kembali tenang dia ingin tahu di apakan sahabat bodohnya itu, biar Jake tertawakan sampai gigi kering.

Mata Sunghoon menajam pada wanita yang sering menempeli sekretaris-nya itu, dan apa tadi dia dengar kekasih?, yang benar saja.

"Kamu tidak cocok dengan, Jake."

Wanita bernama Lucy itu tersenyum canggung tapi, kemudian tersenyum kecil jatuhnya seperti seringaian.

"Cocok kok pak, lagian kami sama-sama sayang." Lucy tersenyum penuh kemenangan.

Lucy tidak bodoh kalau CEO muda ini menyukai sahabat kecilnya, di jahili sedikit tidak akan membuat Sunghoon memecatnya.

"Jake tidak sayang kamu, ayo Jake pulang saya antar."

"Dan kamu jika masih mau kerja disini, putus kalian." Tanpa nada Sunghoon mengatakan itu.

Sekretaris Shim [sungjake] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang