10

14K 1.8K 113
                                    

Sore harinya Sunghoon dan Jake pulang lebih awal dari biasanya sebenarnya Jake dipaksa ikut pulang bersama boss-nya itu.

"Ini bukan arah apartemen saya pak." Jake memberitahu Sunghoon yang tiba-tiba membelokkan mobil ke arah lain berlawanan dengan tempat tujuan Jake.

"Apa saya bilang ingin mengantarmu pulang?" Benar juga tadi Jake hanya dipaksa ikut Sunghoon pulang.

"Saya turun disini saja pak." Sunghoon malah melajukan mobilnya sangat kencang.

Buuggh

Jake penuh keberanian memukul lengan kekar Sunghoon sampai sang empu kesakitan pukulan Jake tidak main-main rasanya walaupun tangannya minimalis.

"Lagi kencang-kencang?"

"Siap nyonya Park!" Setelah mengeluh sakit Sunghoon menginjak gas sampai mobilnya melaju diatas rata-rata.

Plaak

Kembali Jake menampar tangan boss-nya, Sunghoon meringis lagi dan memelankan kecepatan mobilnya.

Jake malu ya di panggil nyonya Park, siapa yang bisa menolak marga indah itu dibelakang nama apa lagi suaminya macam Sunghoon, untuk kesekian kalinya Sunghoon menimbulkan perasaan berharap Jake.

"Ahahahaa kamu manis Shim saat marah," dengar betapa licinnya mulut si tampan.

"Mau sekali lagi pak?." Sunghoon menggeleng canggung.

Masuk perumahan khusus konglomerat Jake membulatkan matanya menoleh pada Sunghoon yang begitu santai.

"Pak ini kan alamat rumah anda."

"Iya Shim, saya membawamu kesini supaya terbiasa," Jake menatap penuh kebingungan atasannya itu.

"Terbiasa apa? Memangnya bapak mau naikan gaji saya buat beli salah satu rumah disini? Bagus deh kalau begitu." Sunghoon menghela nafas jengah.

"Dasar tidak peka." Batin Sunghoon.

Jake memandang satu persatu rumah desain mewah itu, betapa makmur hidup para orang kaya bisa melakukan apapun yang mereka mau itulah mengapa Jake bekerja keras agar bisa sukses.

"Saya suka kamu Shim." Celetuk Sunghoon tiba-tiba.

"Saya gak suka anda, humor bapak jelek!," tak ayal pipi Jake memerah.

Betapa geram Sunghoon mendengarnya jadi selama ini setiap kata-kata manis yang dia rangkai indah hanya di anggap candaan oleh sekretaris manisnya ini? Kesal Sunghoon.

"Tidak peka!," Jake tidak mendengarkan Sunghoon lagi karena fokusnya pada taman yang penuh anak-anak bermain.

"Imutnya......." Tawa kecil hadir Jake suka melihat anak-anak.

"Nanti kita buat juga." Kalau yang satu ini Jake dengar jelas malah.

Buughh

"Bisa diam tidak? Bapak rusak mood saya ya dari tadi pagi sampai sore begini."

.
.
.
.
.

Sebuah rumah paling mewah ternyata kediaman Sunghoon bahkan rumah itu paling besar diantara yang lain, Jake terkagum-kagum dan mobil berhenti didepan gerbang.

"Kamu mau tinggal disini?," Jake mengangguk.

"Saya mau banget pak, ooh berarti tadi anda tanya saya supaya terbiasa mau kasih rumah ini ke saya? Wah makasih pak." Cukup Sunghoon sudah tidak sabar lagi dengan kebodohan sekretarisnya ini.

"Kamu gak paham dari tadi Shim? Bodoh sekali."

Jake memiringkan kepalanya menatap boss-nya itu polos, Sunghoon mengalihkan pandangannya pada Jake dan menyibukkan diri dengan mengotak-atik remote control.

Didalam mobil seketika hening, Sunghoon yang sibuk menekan angka pada remote control lalu mengarahkan pada gerbang dan Jake yang sibuk memperhatikan Sunghoon.

"Sekarang satpam gak berguna lagi." Gumam Jake.

Setelah gerbang terbuka otomatis Sunghoon kembali menjalankan mobilnya masuk kedalam dan secara otomatis gerbang tertutup.

"Waaah keren!" Pekik Jake seperti anak kecil.

Jake mengikuti Sunghoon dari belakang memasuki rumah besar desain modern elegan itu, pintu juga terbuka otomatis saat Sunghoon menekan remote bahkan boss-nya itu bertepuk tangan untuk menyalakan lampu.

Si cantik menganga tak percaya, terlalu banyak untuknya.

"Anda tidak punya maid?" Rumah sunyi tidak ada tanda-tanda orang lain.

"Ada, hanya sampai tengah hari." Jake mengangguk.

Naik tangga dan tangga itu bergerak naik seperti eskalator tapi ini hanya bergerak saat digunakan.

"Kamu mau punya rumah seperti ini?" Jake mengangguk semangat, sungguh rumah Sunghoon begitu idaman interior maupun eksterior yang memanjakan mata Jake sangat ingin.

"Kamu mau?" Sekali Jake mengangguk semangat seperti anak kecil.

"Pasti kamu akan memilikinya."

Jake tidak berusaha memahami perkataan Sunghoon takut salah persepsi bisa jadi boomerang untuknya sendiri.

"Iya pak doakan saja saya cepat kaya seperti anda." Boss itu mengacak surai hitamnya.

.
.
.
.
.

"Loh kenapa harus kekamar? Saya kira ke ruang kerja anda." Heran Jake saat Sunghoon menyuruhnya masuk ruangan yang ternyata kamar tidur Sunghoon.

"Yang ada dipikiranmu cuma ada kerja, Shim."

"Lah harus ada apa memangnya? Tapi dipikiran saya ada yang lain kok tenang aja, juga kan kita rekan kerja pasti hubungannya tentang pekerjaan pak, bapak yang pinter dong." Sungguh tanpa sengaja Jake membuat Sunghoon emosi.

"Terserah! Kamu carikan setelan saya untuk nanti malam!" Balas Sunghoon ketus.

"Oh ternyata saya dibawa kesini buat jadi stylist." Jake geram.

"Cepat Shim! Saya mau mandi."


Sekretaris Shim [sungjake] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang