11

11.9K 1.7K 63
                                    

"Mau mandi bersama Shim?"

Ctasss

Jake mengibaskan ikat pinggang Sunghoon yang tadi dilepas sang pemilik lalu diberikan padanya sebelum ingin mandi, tenang Sunghoon tidak melepas bajunya hanya dasi dan ikat pinggang saja jadi tidak akan ada adegan Jake akan menutup mata serta pipi memerah malu karena melihat tubuh kekar boss-nya.

Dengan langkah seribu pria tampan itu berlari ke kamar mandi sembari tertawa sedikit takut juga, Jake kagum Sunghoon memberikan ekspresi lain yang tidak pernah di tunjukan sebelumnya pada semua orang termasuk Jake.

"Hah dasar orang pintar humornya aneh."ucap Jake saat membuka pintu walk kloset milik Sunghoon dan lagi-lagi Jake terperangah.

Semua baju berbagai brand tergantung apik didalam ruangan sebesar kamarnya itu ada banyak baju casual sampai pakaian formal.


.
.
.
.
.


Hari mulai gelap lampu-lampu jalan sudah menyala untuk menerangi jalan mempermudah penggunanya, lalu lintas mulai padat kendaraan karena sudah waktunya pulang kerja.

Jake duduk diruang tamu menunggu Sunghoon yang masih bersiap, dia keluar kamar sebelum boss-nya itu selesai mandi memilih duduk nyaman di ruang tamu.

"EKHEEMM!" Sunghoon berdehem keras karena Jake tidak menyadari kehadirannya sebab pria cantik mengenakan vest coklat dipadukan kemeja putih serta celana bahan warna senada itu sibuk tertawa melihat ke layar handphone.

"Eh pak baru aja disitu?" Yang ditanya melongos pergi.

Tidak sadarkah Jake kalau Sunghoon tadi turun tangga dengan gagah mencoba si cantik terkesan tapi dia malah sibuk sendiri, padahal Sunghoon sudah tampan mengenakan setelan baju pilihan sang pujaan hati.

"Pak tunggu saya!" Jake mengikuti Sunghoon keluar rumah.

"Pak kayanya saya naik taksi aja deh pulang dari sini, kata tuan besar ini acara pribadi jadi saya kata tuan besar pulang saja duluan tidak perlu ikut anda." Setelah pintu rumah tertutup sekretaris cantik itu mengatakan amanat tuan besar.

Mereka sama-sama terdiam, Sunghoon mengapit tangan Jake membawanya untuk di genggam erat oleh tangan besar Sunghoon di teras rumah pandangan mereka mengarah pada taman bunga milik Sunghoon yang begitu cantik diterpa cahaya lampu suasana hening membantu mengalihkan dunia mereka sesaat.

Sunghoon mengeratkan tangan Jake sampai sang empu merasa jantungnya berdetak tidak karuan bahkan pipi memanas akibat perlakuan Sunghoon.

Dalam pikiran Sunghoon membenarkan kata-kata Jake siang tadi dia tidak boleh lari dari masalah siapa tahu Sunghoon mendapat titik temu menyelesaikan masalahnya ini dan tidak menjadi semakin besar.

"Jake kamu percaya saya tidak pecundang?" Ini kali pertama Jake mendengara boss-nya memanggilnya nama bukan marganya.

"Sangat pak, lebih dari percaya."

Manik mereka bertemu saling memancarkan energi positif untuk menguatkan satu sama lain, namun Sunghoon merasa dia terbantu memandang manik berbinar polos milik Jake.

Tangan Jake berkeringat Sunghoon juga mereka salah tingkah sendiri saat Jake memutuskan lebih dulu kontak mata mereka, sedangkan Sunghoon pria bersetelan jas biru dongker tersebut menetralkan pikirannya untuk tidak menculik Jake sekarang.

"Baiklah karena saya bukan pecundang dan pengecut saya akan hadapi masalah ini, jadi biarkan saya mengantarmu pulang Shim, tidak ada penolakan." Dimana nyambungnya, batin Jake baru ingin protes Sunghoon menyeretnya.



.
.
.
.
.



"Sampai sini saja pak," Jake menyuruh Sunghoon berhenti didepan halte dekat gedung apartemennya.

"Saya antar sampai kesana saja, Shim." Jake menggeleng. Sunghoon kekeuh ingin mengantar Jake sampai ke unit kalau bisa.

Kemudian Jake menunjuk jam dilayar kecil didekat setir mobil Sunghoon setengah jam dari sekarang acara makan malam akan dimulai, Jake hanya takut boss ini telat.

Sunghoon menghela nafas, mengangguk paksa membuat Jake terkekeh pelan lalu merapikan rambut Sunghoon yang sedikit berantakan dan keluar dari mobil membiarkan boss-nya mematung tidak percaya akan apa yang baru dia alami.

"Semangat pak semoga masalah anda selesai." Senyum manis bersama kepalan tangan terangkat Jake berikan untuk menyemangati atasannya itu.

"Terima kasih cantik," setelah sadar Sunghoon mulai sedikit tidak waras. Jake mengerutkan keningnya menatap aneh Sunghoon yang mengatakan itu sambil senyum-senyum sendiri.

"Mulutnya licin sekali pak, ya sudah saya pamit selamat malam." Namun Jake tidak mempermasalahkannya.

Sunghoon berkaca dispion mobil memandang takjub rambutnya yang baru saja di pegang Jake dengan lembut selembut kepribadian si cantik.

"Kalau masalah saya selesai saya janji lamar kamu langsung Jake. Saya berjanji."

Sekretaris Shim [sungjake] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang