7

14.3K 1.8K 74
                                    

"Kau tidak memikirkan tentang menikah, Shim." Tidak ada angin dan hujan boss-nya itu tiba-tiba menanyakan itu pada Jake yang sibuk membacakan jadwalnya hari ini.

"Enggak, Pak setengah jam lagi rapat dengan divisi pemasaran." Jake menjawabnya dengan cuek.

Selama hidupnya Jake berpikir tidak pernah terpikir masalah pernikahan, yang ada dalam otaknya hanya kerja dan kerja.

Walaupun beberapa bulan belakangan Sunghoon selalu mengatakan hal aneh padanya, dari mengajaknya menikah, bahkan membahas berapa anak yang harus mereka miliki.

"Kalau dipikir-pikir, kita sama tapi dulu sekarang saya menunggu kau, Shim." Terlalu hapal Jake akhir setiap kalimat boss-nya ini.

Jake yang memegang tablet hanya pasrah terlalu sering mendengarnya, dan kembali membacakan jadwal selanjutnya pada Sunghoon.

"Setelah rapat kita kelapangan untuk melihat perkembangan proyek didaerah distrik 12."

"Lalu malam nanti ada jadwal yang ditambah tuan besar, anda makan malam bersama satu keluarga dan bersama calon pemilik baru butik ibu anda."

Sunghoon mengernyitkan alisnya kemudian berdiri menghampiri Jake lalu mengambil paksa tablet berwarna hitam itu dari tangan Jake.

"Kenapa saya tidak tahu?." Jake melihat rahang Sunghoon mengeras.

"Tadi malam saya dapat email itu dari tuan besar, dan kata beliau bapak wajib kesana." Sunghoon menghela nafas kasar.

"Kau tidak menolaknya?, atau sekedar menghubungi saya untuk ini?." Langkah Jake mundur kebelakang saat Sunghoon mendekatinya.

Sunghoon melangkah maju, dan Jake memundurkan langkahnya, tatapan mata Sunghoon sangat mengintimidasi itu membuat Jake takut.

Tubuh Jake mentok disopa ruangan Sunghoon yang artinya tidak bisa menghindari lagi.

"Kau tahu Shim, saya tidak ingin bertemu siapapun diantara keluargaku." Nafas Jake memburu, apalagi Sunghoon meraih pinggangnya dan mengunci pergerakannya.

"Saya mau batalkan itu katakan apapun pada ayahku, atau......ini habis saya lahap." Mengelus bibir merah Jake.

Cupp

Jake mematung matanya membulat, dengan badan bergetar dia memberanikan diri mendorong Sunghoon menjauh walaupun tidak berhasil.

Melihat Jake berontak tanpa suara membuat Sunghoon terkekeh tampan, dan memajukan wajahnya sampai Jake merasakan deru nafas boss-nya itu.

Klek......

"Pak kita jadi ra- astaga lanjutkan saja pak, saya minta maaf." Junho segera menutup pintu lagi merasa mengganggu aktivitas boss dan sekretaris itu.

Bruuk

Dengan penuh tenaga akhirnya Jake berhasil mendorong Sunghoon, wajah memerah entah marah atau apa serta nafas memburu Jake keluar ruangan tanpa kata.

'Maluu......, dasar boss sialan, mana first kiss ku.' Batin Jake.

Sunghoon tertawa pelan sambil mengambil beberapa dokumen yang akan jadi bahan rapatnya nanti, tidak ada penyesalan sama sekali dari dirinya kalau bisa lebih dari itu.

"Shim!, cepat kirim email pembatalan kalau tidak kamu tahu akibatny!." Setengah berteriak didepan ruangan Jake.


"Selain aneh mesum juga, sialan." Gumam Jake sambil mengetik rangkaian kata untuk pemilik asal perusahaan tempatnya bekerja.







Sekretaris Shim [sungjake] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang