Atas dasar arahan Jaehyun yang harus lebih dulu memarkir mobil, Winwin yang jelas terburu dengan 'tugasnya' itu berjalan duluan menaikki tangga gedung dengan logo besar segilima bertliskan "Pengadilan" yang memang jadi tujuan awalnya. Berniat untuk menemui Kim Jiho yang Jaehyun bilang menunggu tak jauh dari pintu masuk; lelaki itu ingin bertanya nomor ruangan Yoobin kepada kekasih temannya yang kata sang Ketua Departemen Penyakit Dalam itu lebih paham seluk-beluk tempat tersebut ketimbang dirinya.
Maka ketika akhirnya mata mendapati sosok yang mirip dengan penjelasan rekannya setelah beberapa saat mencari, Dong Sicheng tanpa basa-basi lagi langsung menghampirinya. Berhenti tepat di depan Kim Jiho yang memandangnya dengan bingung ketika si lelaki menundukkan kepala sebagai sebuah tanda sapa.
"Apa Kau Kim Jiho, pacarnya Jaehyun?"
Nama Jaehyun memang disebut, tapi untuk memastikan jika nama itu milik kekasihnya, Jiho pun balik bertanya. "Maksudnya, Jung Jaehyun?"
Winwin mengangguk. "Ah, benar. Maksudku Jung Jaehyun."
"Aku memang benar Kim Jiho, pacarnnya Jaehyun tapi..." sepertinya pembenaran Winwin soal tanyanya masih belum cukup, sosok itu bagi Jiho masih terlalu asing untuk bisa diingatnya; bahkan sepertinya gadis ini tak pernah sama sekali melihat lelaki ini berkeliaran di sekitar kekasihnya. "Kau siapa?"
"Astaga, Jeoseonghamnida," di sisi Winwin sendiri, ia yang jadi teledor karena buru-buru itu melanjutkan. "Namaku Dong Sicheng, rekan kerja Jaehyun dan tujuanku menemuimu karena ingin bertanya sesuatu..." ia jeda omongannya. "Dia bilang, kau sudah paham betul mengenai pengadilan jadi memintaku untuk bertanya padamu soal nomor kantor yang ingin ku tuju."
Jiho diam, alisnya terangkat; gadis yang suka sekali dipuji itu jadi langsung percaya jika Winwin adalah rekan kekasihnya ketika mendengar lelaki itu mengakui 'kehebatannya'.
"Ah, nomor kantor," ia mengulang inti dari penjelasan Winwin. "Baiklah, akan kuberitahu," katanya. "Katakan saja kantor mana yang ingin kau tuju."
Lalu Winwin, yang sebagian besar jam kerjanya dihabiskan untuk mengulang-ngulang judul berkas itu menyebutkan nomor ruangan yang sudah ia hapal di luar kepala.
"Dari kode huruf yang kau sebutkan, ruangannya berarti berada di wilayah para jaksa dan-- kau mencari seorang jaksa?" Jiho tiba-tiba saja bertanya, namun segera berdehem untuk mengoreksi dan melanjutkan sebelum lawan bicaranya menyahut. "Ah, mianhaeyo. Maksudku, ruangan itu ada di bagian timur lantai dua gedung ini. Arahnya dari pintu masuk kau akan langsung menemukan tangga dan setelah menaikkinya belok kanan lalu lurus saja. Kantor jaksa berjejer sesuai nomornya, jadi tinggal mengurutkan saja."
Winwin mendengarkan penjelasan Jiho seperti seorang siswa yang sedang menyimak gurunya. Mengangguk-angukkan kepala, sebelum kemudian mengulang ucapan itu dalam monolog hening; memastikan jika apa yang kekasih Jaehyun itu bilang sudah menempel di kepala. "Lantai dua bagian timur, dari tangga belok kanan, nomor ruangan jaksa terjejer secara berurutan, benar?"
Jiho mengangguk.
"Baiklah, kalau begitu terimakasih Kim Jiho-ssi dan tolong sampaikan terimakasih juga kepada Jaehyun. Kalian berdua bisa makan siang duluan, aku akan kembali ke rumah sakit sendiri naik taksi," lelaki itu berkata sambil menundukkan kepala. Lalu langsung saja meninggalkan Jiho, yang padahal belum membalas ucapannya itu.
Memperhatikan Dong Sicheng yang pergi masuk ke dalam gedung pengadilan, alisnya kemudian diangkat begitu yakin jika sosok itu sudah menghilang. Menghela nafas sembari menunggu Jaehyun, gadis itu dengan pikiran acaknya tiba-tiba teringat akan nomor ruangan yang tadi rekan kekasihnya itu sebutkan. Terngiang-ngiang begitu saja di kepalanya, sampai membuat alis itu berkerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Marriage
FanfictionIa bahkan tidak mengenal siapa lelaki yang diperkenalkan ayahnya sebagai Dong Sicheng ini, tapi kenapa tiba-tiba saja Beliau bilang jika dia adalah suaminya? Dan lagi-- Bagaimana Yoobin bisa tidak mengingat apapun soal pesta pernikahan yang seharusn...