Hari senin sudah datang, waktunya orang-orang kembali bekerja, termasuk juga Bae Yoobin yang memang sudah bersantai selama dua hari diakhir pekan hanya untuk 'menyenangkan' suaminya.
Duduk di kursi kerja, nafas ia yang sedang membaca satu dari setumpukan dokumen yang tadi dibawa Kim Mimi dihela berat seiring datangnya pening kepala.
Sebagai orang yang sudah menggeluti bidang ini cukup lama, Yoobin tahu jika mendapat jadwal kosong diakhir pekan berarti 'mati' di hari senin dan itu selalu benar adanya; ia sudah membaca banyak dokumen sejak datang tadi, tapi rasanya tak habis-habis dan karenanya perempuan ini harus melewatkan tawaran makan siang Myungjun hari itu.
"... Yoobin Noona."
Ketukan pada meja serta suara familiar yang memanggil namanya, mengalihkan Yoobin dari deretan tulisan cantik dokumen. Mengangkat kepala, dilihatnya salah satu paralegal yang bernama Lee Haechan kini tengah berdiri di depan mejanya.
Tanpa bertanya lebih dulu keperluan lelaki itu, matanya justru memilih melihat pada tangan Haechan: kosong, paralegal prianya tak membawa apapun dan Yoobin bernafas lega karena berarti untuk saat ini tak akan ada dokumen kasus tambahan.
"Aku datang kesini bukan untuk memberikan berkas kasus..." katanya yang ternyata peka akan tatap yang mengarah pada tangannya. "Tapi untuk memberitahu jika kau dipanggil oleh Komsajangnim* ke kantornya sekarang...."
Lega disesalinya, menambah dokumen sungguh jauh lebih baik dibanding diminta datang langsung ke kantor kepala jaksa; itu antara Yoobin melakukan kesalahan, atau sebuah kasus yang luar biasa merepotkan akan segera diberikan padanya.
---
"Kim Komsajamgnim?"
Suara pelan itu terdengar, pintu yang dibuka memunculkan sosok Yoobin yang langsung menjelajah ruangan tersebut dengan mata sampai akhirnya menemukan seorang pria di pojok ruangan yang sibuk dengan mesin kopi.
"Oh, oh, Bae Komsa-- astaga panas..." ia yang menyadari sosok Yoobin itu menyambut si jaksa sampai tangan tak sengaja terciprat air panas. "Duduk saja di sana..." sesaat setelah mendesis sebagai refleks atas nyeri yang terasa, ia menunjuk sofa ditengah ruang dengan dagu. "Sebentar lagi aku akan selesai dengan kopinya..."
Mengangguk, gadis yang sudah mendapat persetujuan itu masuk dan langsung duduk di sofa yang kepala jaksa maksud. Memandangi papan nama bertuliskan 'Kim Heechul' di meja utama dengan kursi kerja kulit mewah berwarna coklat, matanya pun beralih pada sosok dia yang nampaknya sedang menunggu air di cangkir penuh.
Ekspresi si perempuan berganti heran. Kim Heechul memang baru menjabat jadi kepala jaksa wilayahnya selama tiga tahun belakangan, tapi sebagai orang yang sudah cukup sering diundang ke kantornya begini, tak sekalipun si kepala jaksa menyebalkan itu mau menyajikan minuman untuk pegawai dan tentu saja, bagi Yoobin melihatnya berdiri di depan mesin kopi saat ia tiba begini terlihat sangat aneh.
"Tumben kau datang cepat sekali..."
Sang kepala jaksa berbalik, hanya satu cangkir hitam yang ia pegang; apa yang sebenarnya Yoobin harapkan dari si pelit yang membeli pulpen untuk anak saja harus memakai dana kantor ini?
"Biasanya aku harus menunggu sampai mengantuk dulu, baru bisa melihatmu di sini...."
Sungguh, rasanya mulut itu benar-benar ingin Yoobin sumpal dengan dasi noraknya.
"Ada perlu apa Anda memanggil saya ya, Komsajangnim?"
Alis itu terangkat, langkahnya membelok menuju meja kerja di belakang sofa pusat. Mengambil sebuah dokumen yang ada di sana, dengan satu tangan bebasnya ia bawa benda itu menuju Yoobin sebelum kemudian melemparnya dengan pelan; terkesan tak sopan memang, tapi dari kecepatan lemparannya, jelas pria itu tak ingin 'menyakiti' Bae Yoobin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Marriage
FanfictionIa bahkan tidak mengenal siapa lelaki yang diperkenalkan ayahnya sebagai Dong Sicheng ini, tapi kenapa tiba-tiba saja Beliau bilang jika dia adalah suaminya? Dan lagi-- Bagaimana Yoobin bisa tidak mengingat apapun soal pesta pernikahan yang seharusn...